Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
Baca Juga: Kinerja semester I tertekan, simak rekomendasi saham Perusahaan Gas Negara (PGAS)
Distribusi margin gas turun 5% secara qoq menjadi US$ 2,28 per mmbtu di kuartal II-2020. Ini membuat gross profit margin (GPM) sebesar 33,5%.
Pendapatan PGAS tertekan 66% hanya menjadi US$ 26 juta karena pendapatan oil and gas (O&G) hulu dan penurunan harga minyak yang signifikan. Hal ini menyebabkan kerugian segmen O&G di kuartal II-2020.
Segmen lain dari transmisi, serat optik, transportasi oli, dan lainnya digabungkan pendapatan mencapai US$ 77 juta atau turun 26% secara qoq dengan GPM menyusut 1.820 bps menjadi 44,7% di kuartal II-2020.
Saham masih menarik
Meski keuntungan PGAS terpangkas, Ciptadana percaya, harga saham PGAS masih akan naik. Karena itu, Arief masih menyarankan beli saham PGAS. "Kami menurunkan volume distribusi dan menggabungkannya dampak penuh dari harga gas US$ 6 mmbtu pada tahun 2021. Kami memotong pendapatan tahun 2020-2021 sebesar 16%-28% menjadi US$ 2,76 miliar - US$ 2,72 miliar dengan GPM lebih rendah masing-masing 29,6% dan 28,7%," kata Arief.
Baca Juga: Perbaiki kinerja, ini fokus Perusahaan Gas Negara (PGAS) di semester kedua
Pada tahun ini, Arief memperkirakan, PGAS masih akan membukukan rugi bersih US$ 10 juta tapi pada tahun 2021 akan kembali membukukan laba bersih sebesar US$ 22 juta pada tahun 2021. "Kami mengasumsikan penurunan nilai aset O&G pada 2021 atas perkiraan harga minyak yang lebih tinggi sebesar UU$ 50 per barel dari US$ 44 per barel pada tahun 2020," kata dia.
Karena itu, Ciptadana menaikkan target harga saham PGAS menjadi Rp 1.450 dari Rp 1.400. "Karena kami menggunakan kelipatan EV/EBTDA yang lebih tinggi menjadi 5,0 kali dari sebelumnya 4,0 kali," tutur Arief.
Ciptadana menghitung EV/EBITDA untuk menghindari faktor ayunan penurunan nilai aset O&G dan sengketa pajak. Arief juga menyebut masih ada dukungan dari investor ritel. "Kami mengamati dukungan berkelanjutan dari investor ritel karena PGAS adalah salah satu pembelian teratas mereka dilihat dari nilai kepemilikan saham yang lebih tinggi secara signifikan yaitu Rp 2,2 triliun pada akhir Agustus tahun ini, meningkat 148% dari Rp 887 miliar di Januari 2020," kata Arief.
Baca Juga: PGN (PGAS): Konsumen akan lebih diuntungkan dengan pembebasan PPN pada LNG
Selama delapan bulan di tahun ini, saham PGAS turun 40%. Oleh karena itu, lonjakan harga saham akibat pembelian investor ritel cenderung akan berlanjut. Meski begitu, Arief juga menyarankan hati-hati jika ada risiko kerugian lebih lanjut akibat efek Covid-19 yang bisa berdampak pada ekonomi dan permintaan gas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News