kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merangkak naik, harga logam mulia masih anjlok


Senin, 30 Desember 2013 / 06:22 WIB
Merangkak naik, harga logam mulia masih anjlok
ILUSTRASI. Dana pensiun.


Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Harga komoditas logam mulia terus mendaki menjelang tutup tahun 2013. Kenaikan harga emas dan perak sepekan terakhir terdorong oleh pelemahan kurs dollar Amerika Serikat (AS).

Harga emas untuk pengiriman Februari 2014 ditutup menguat 0,86% dalam sepekan menjadi US$ 1.214 per ons troi. Harga perak untuk pengiriman Maret 2014 melonjak 3,06% menjadi US$ 20,05 per ons troi pada periode yang sama. Kedua komoditas ini naik dalam tiga hari perdagangan berturut-turut.

Indeks dollar AS yang merupakan nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia turun dalam dua hari perdagangan terakhir. Marito Ueda, Senior Managing Director FX Prime Corp di Tokyo mengatakan kepada Bloomberg, minimnya pemangkasan stimulus AS menyebabkan dollar AS terkena tekanan jual di akhir tahun.

Meski melaju di jalur hijau, harga komoditas logam mulia masih mencatat kinerja buruk sepanjang 2013. Harga emas anjlok 28,09% secara year to date. Harga perak bahkan terjungkal hingga 34,16% pada periode yang sama.

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, salah satu faktor terbesar yang memicu pelemahan harga emas adalah perbaikan kondisi ekonomi AS yang semakin positif. Perbaikan ini memicu kekhawatiran pasar bahwa Bank Sentral AS pada 2013 ini akan mulai mengurangi program stimulus moneter mereka.

Kekhawatiran tersebut, telah menguatkan pergerakan dollar AS sehingga harga emas sebagai salah satu aset yang selama ini dianggap aman tergerus habis-habisan. Selain itu, tekanan kuat juga disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian global.

Ariston bilang, faktor perbaikan kondisi ekonomi global telah memicu peralihan investasi pasar dari emas ke sejumlah aset berisiko tapi memberikan imbal hasil tinggi. Salah satunya, saham.

Ariston memperkirakan, tekanan terhadap harga emas sepanjang tahun 2013 ini kemungkinan besar akan berlanjut tahun 2014. Pelemahan tersebut antara lain masih dipicu oleh isu pengurangan stimulus moneter AS yang kemungkinan akan terus bertambah.

Selain itu, tekanan besar juga masih akan disebabkan oleh peralihan investasi dari emas ke pasar saham. "Peralihan investasi juga memberikan tekanan besar terhadap harga emas," katanya.

Ariston memperkirakan, setahun ke depan kemungkinan besar emas sulit untuk bisa naik. Apalagi sampai menguat ke level US$ 1.400 per ons troi. Menurut dia, harga logam mulia ini akan tertekan di kisaran US$ 1.100-US$ 1.440 per ons troi.

Nizar Hilmy, analis Soegee Futures mengatakan, menjelang akhir tahun harga perak sempat berada di US$ 19 per ons troi yang merupakan level terendahnya selama lima bulan. Harga perak sepanjang 2013 sempat naik di awal tahun pada harga US$ 32 per ons troi. Tapi sejak itu hargannya bergerak turun.

Harga perak sempat mumbul ke level US$ 23,42 per ons troi pada bulan Agustus. Namun, harga terus merosot hingga berada di sekitar level US$ 20 per ons troi menjelang akhir tahun.

Menurut Nizar, pada tahun 2013 harga logam mulia memang rontok karena investor lebih tertarik berinvestasi di instrumen yang memberi return lebih tinggi. Begitu pula perak yang pergerakan harganya mirip emas. "Secara grafik tidak jauh beda dengan emas. Ketika prospek emas turun, perak juga akan mengalami penurunan," kata Nizar.

Nizar menambahkan, sebagai instrumen investasi, perak sama jeleknya dengan emas karena minat yang rendah dari para investor untuk berinvestasi di logam mulia. "Pada saat The Fed melakukan quantitative easing (QE) 1 dan QE 2, harga emas dan perak naik. Perak sempat mencapai harga tertingginya pada 2012 di level US$ 35 per ons troi. Akan tetapi, ketika emas mulai kehilangan pamor karena ekonomi AS yang mulai membaik, perak pun ikut-ikutan mengalami penurunan," ujar Nizar.

Nizar menjelaskan, kondisi ekonomi AS yang membaik menyebabkan tingkat inflasi juga rendah. Hal ini membuat investasi di logam mulia tidak menarik karena biasanya produk logam mulia seperti emas biasa dipakai untuk lindung nilai ketika terjadi inflasi.

Untuk tahun depan, Nizar memproyeksi harga logam mulia, termasuk perak akan terus merana. "Minat investasi para investor masih belum kembali ke logam mulia karena investor lebih memilih obligasi dan saham," kata Nizar.

Nizar memprediksi untuk tahun depan, dalam jangka menengah jika harga emas bisa turun hingga menyentuh level US$ 1.000 per ons troi, maka harga perak diprediksi ada di US$ 15 per ons troi. Dalam jangka panjang, jika harga emas bergerak ke bawah level US$ 1.000 per ons troi maka harga perak pun turut terseret hingga di level US$ 12 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×