kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meracik ulang portfolio investasi


Kamis, 22 Agustus 2013 / 08:29 WIB
Meracik ulang portfolio investasi
ILUSTRASI. Inilah 4 Bahaya Sinar UV Terhadap Kesehatan Kulit dan Rambut


Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Fluktuasi pasar modal mengakibatkan pergerakannya sulit diprediksi hingga akhir tahun ini. Untuk meminimalisir kerugian, investor bisa mengatur ulang alokasi investasi sesuai dengan kondisi pasar saat ini.

Dalam kondisi volatilitas cukup tinggi seperti sekarang, para manajer investasi (MI) menyarankan investor untuk memiliki horizon berinvestasi jangka panjang. Sehingga, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dan nilai tukar rupiah sedang terpuruk, investor tidak perlu terlalu panik.   

Direktur PT Emco Asset Management, Hans Kwee bilang, agar lebih aman, investor dapat memperbesar porsi kepemilikan saham-saham emiten BUMN, sebab, risikonya relatif terukur. Momentum koreksi saat ini, dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pada saham atau reksadana saham.

Investor bisa mulai melakukan akumulasi saat IHSG berada pada kisaran 3.800-4.000. Sebaliknya, porsi kepemilikan saham dapat dikurangi saat IHSG menyentuh kisaran 4.200-4.300. Sebab, kenaikan indeks di kisaran itu merupakan level uji yang berpotensi turun lagi. Kemarin (21/8), IHSG ditutup menguat 1,04% menjadi 4.218,45.

Hans merekomendasikan  saham emiten sektor konstruksi, infrastruktur, dan semen milik BUMN sebagai pilihan portofolio. Adapun pembagian portofolio bisa dititikberatkan pada kas hingga 50%.     

Investor juga dapat mengalokasikan aset pada instrumen saham atau reksadana saham dengan bobot 20%-30%. Sisanya dapat dibenamkan pada reksadana pendapatan tetap maupun obligasi negara ritel (ORI).     

Direktur PT Indo Premier Investment Management, Diah Sofiyanti mengungkapkan, penyebaran portofolio bergantung pada usia investor dan waktu penggunaan dana. Jika kebutuhan investasi jangka pendek, Ofie menyarankan investor masuk di instrumen yang memiliki profil risiko rendah seperti reksadana pasar uang atau deposito.    

Sesuaikan risiko

Untuk usia mendekati masa pensiun, ada baiknya mulai memperkecil porsi saham. Porsi saham maksimal yang direkomendasikan sekitar 10%-15%. Investor dengan usia relatif tua juga dapat mengalokasikan 10% dana pada reksadana campuran. Sisanya 75%-80% dialokasikan pada reksadana pasar uang atau pendapatan tetap.    

Pada investor usia muda, dapat membenamkan 60% asetnya pada instrumen saham. Sisanya dapat diparkirkan pada reksadana pasar uang. Hal ini lantaran tujuan kebutuhan dana investor masih panjang, sehingga tepat sasaran jika memilih instrumen yang berpotensi memberikan imbal hasil tinggi dengan risiko yang tinggi pula.    

Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto menyarankan investor mulai mengurangi porsi di saham. Jika semula kepemilikan saham lebih dari 70%, kini saatnya perbanyak investasi di instrumen jangka menengah seperti emas maupun reksadana pendapatan tetap. Porsinya bisa mencapai 30% dari total portofolio.     

Selanjutnya, 10%-15% bisa diparkir pada reksadana pasar uang atau deposito. Sisanya tetap dialokasikan pada saham. “Fluktuasi di saham bisa menjadi peluang bagi investor untuk trading. Investor bisa menggunakan 5%-10% dana jangka pendek untuk spekulasi,” tutur Eko.    

Menurut Edward Lubis, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk masuk obligasi. Tekanan yield di pasar obligasi mengakibatkan harga semakin murah. "Investor bisa masuk ke tenor-tenor menengah dan pendek di bawah 10 tahun untuk mengurangi risiko ancaman masih memburuknya kondisi ekonomi," ujar Edward.    

Bursa saham juga bisa menjadi pilihan investasi jangka panjang bagi investor. Harry Su, Senior Associate Director Head of Equities and Research Bahana Securities merekomendasikan sepuluh saham pilihan yang bisa dilirik. Yakni, TLKM, BMRI, PGAS, GGRM, KLBF, ICBP, EXCL, JSMR, SRIL dan TELE.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×