Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bertransformasi menjadi investor terdepan di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Melalui portofolionya, SRTG siap menjaring cuan.
Analis Mandiri Sekuritas Wesley Louis Alianto mengatakan bahwa SRTG telah mengubah diri menjadi investor terkemuka pada bisnis electric vehicle (EV) dan EBT, meskipun pendapatan dividen utamanya masih berasal dari batubara. SRTG berinvestasi secara langsung dan investasi secara tidak langsung melalui sejumlah perusahaan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
SRTG berinvestasi melalui ADRO yang akan memulai terobosan baru yakni pengembangan smelter aluminium berlandaskan pada industri hijau. Peletakan batu pertama dari proyek peleburan aluminium ADRO tersebut rencananya bakal dilangsungkan di tahun ini. ADRO juga mengumumkan rencana untuk membangun pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar dengan kapasitas awal 1,5 gigawatt (GW), dengan persyaratan belanja modal sekitar US$ 3 miliar.
Baca Juga: Saratoga (SRTG) Cermat dalam Menempatkan Investasi, Ini Rekomendasi Sahamnya
Langkah MDKA yang akan membawa anak perusahaan di bidang nikel yaitu Merdeka Battery Material (MBM) untuk initial public offering (IPO) di tahun ini bakal menjadi katalis positif bagi SRTG. Saratoga berinvestasi di value chain baterai melalui MDKA.
“Di sisi investasi langsung, SRTG juga berinvestasi di Xurya (operator energi surya terkemuka) dan forest carbon (premi pengembang proyek karbon),” tulis Wesley dalam riset tanggal 7 Februari 2023.
Menurut Wesley, SRTG menyebarkan modal di sektor-sektor yang sedang tumbuh dengan menargetkan penyebaran modal tahunan sebesar US$ 100 juta– US$ 150 juta. SRTG menegaskan kembali niatnya untuk berinvestasi di sektor-sektor termasuk perawatan kesehatan, energi bersih dan terbarukan, serta teknologi digital dan infrastruktur.
Baca Juga: Menjaring Cuan dari Kinerja Apik Indeks LQ45, Cermati Saham Bluechip Pilihan Analis
Saratoga Investama juga menyoroti investasinya di Mulia Bosco Logistics, perusahaan cold-storage dan cold-trucker kedua terbesar di Indonesia. Wesley bilang, manajemen SRTG berharap MBL dapat menjadi penerima manfaat dari meningkatnya produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan konsumsi makanan dingin. Di samping itu, bisnis logistik terangkat dari kebutuhan pengiriman oleh perusahaan FMCG.
Wesley masih merekomendasikan buy untuk SRTG dengan target harga lebih rendah di Rp 3.700 per saham dari sebelumnya Rp 4.000 per saham. Mandiri Sekuritas mengurangi target harga SRTG karena valuasi ADRO diperkirakan lebih rendah di tengah melemahnya prospek harga batubara di tahun ini, meskipun diversifikasi emiten batubara itu masih positif dalam jangka panjang. Kendati target harga diturunkan, namun Mandiri Sekuritas menilai bahwa saham SRTG masih undervalued.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News