Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell melakukan sirkulasi terhadap FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific. Total ada 18 saham dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masuk, keluar dan berpindah posisi.
Dalam informasi yang dirilis, Jumat (17/2), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) masuk sebagai konstituen large cap. Sedangkan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang sebelumnya mengisi posisi large cap, turun kelas ke mid cap.
Selanjutnya, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) masuk sebagai konstituen kategori small cap. CMRY menggantikan posisi PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang turun kasta ke kelas micro cap.
Baca Juga: GOTO Hingga MDKA Masuk Indeks FTSE, Simak Prospeknya
Selain SSIA, ada delapan konstituen baru yang mengisi kelas micro cap. Yakni PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), PT Modernland Realty Tbk (MDLN).
Kemudian ada PT Paninvest Tbk (PNIN), PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Sillo Maritime Perdana Tbk (SHIP), dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA).
Sementara itu, ada lima saham yang keluar dari indeks FTSE kategori micro cap. Mereka adalah PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT).
Perombakan konstituen FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific ini berdasar semi-annual review. Berlaku efektif setelah penutupan perdagangan Jumat (17/3) atau pada awal perdagangan Senin (20/3).
Baca Juga: Indikator Profitabilitas Lebih Cepat, UBS dan CIMB Rekomendasi Beli Saham GOTO
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus membeberkan sejumlah kriteria FTSE Russell dalam memilih konstituen indeks. Mulai dari free float di atas 5%, likuiditas yang di ukur dari median atas daily trading volume bulanan, aktif ditransaksikan dalam 60 hari terakhir, hingga foreign ownership restriction.
Menurut Maximilianus, masuk ke dalam indeks FTSE akan menjadi katalis positif. Posisi ini bakal mendorong investor global untuk melirik saham-saham pilihan tersebut.
"Apalagi beberapa fund manager juga menggunakan indeks tersebut sebagai perhitungan dalam mengalokasikan fund, mengonstruksi portfolio, dan membuat analisa risiko serta kinerja," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2).
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menambahkan, FTSE Global Equity Index Series Asia Pacific tak jauh berbeda dari indeks MSCI. Indeks tersebut mempertimbangkan kualitas prospek fundamental dan market cap dari masing-masing saham yang menjadi konstituen.
Saham-saham yang masuk ke indeks global manapun, imbuh Praska, akan meningkatkan eksposur investor asing. "Tentu ini akan lebih meningkat dengan masuk ke dalam indeks tersebut. Terlebih jika prospek emiten saham itu juga sedang naik daun," kata Praska.
Baca Juga: Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menimpali, dengan masuk ke dalam indeks FTSE, dampaknya akan terasa pada sisi capital inflow. Terutama datang dari para fund manager yang berpedoman pada indeks acuan, khususnya investor global.
"Proses penempatan investasi berdasarkan outlook mereka terhadap prospek suatu negara. Sehingga cara paling mudahnya adalah dengan membeli ETF seperti produk dari FTSE tersebut," terang Pandhu.
Alhasil, masuk ke indeks FTSE secara jangka pendek akan berdampak positif bagi pergerakan sahamnya. Lantaran ada kenaikan demand di pasar. Sebaliknya, jika dikeluarkan dari indeks dapat terjadi outflow.
Sedangkan untuk jangka panjang, Pandhu melihat dampaknya tidak begitu signifikan. Alasannya, harga saham akan kembali mengikuti kondisi fundamental dan prospek industri dari emiten tersebut.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono turut memberikan catatan. Agus menilai, investor institusi akan tetap berhati-hati untuk memilih saham-saham tersebut, terutama pada kategori micro cap.
Investor institusi akan fokus mencermati pemenuhan aspek sustainability dan good corporate governance (GCG) dari emiten. "Jadi investor institusi akan tetap berhati-hati," tegas Agus.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) di Tengah Tren Pelemahan Harga Batubara
Rekomendasi Saham
Sedangkan Pandhu melihat peluang, momentum rebalancing indeks ini bisa dimanfaatkan untuk mencari potensi keuntungan jangka pendek. "Apalagi jika terdapat penguatan yang signifikan, tentu cukup menarik untuk melakukan take profit," ujar Pandhu.
Dari sederet saham yang masuk ke dalam indeks FTSE, Pandhu merekomendasikan saham GOTO, MDKA, dan CMRY. Menurutnya, ketiganya masih ada dalam tren menguat sehingga menarik untuk diperhatikan dalam beberapa waktu ke depan.
Pelaku pasar bisa mencermati level Rp 136 sebagai target harga untuk GOTO. Kemudian, Rp 4.960 sebagai target harga MDKA dan target harga untuk saham CMRY ada di area Rp 5.250.
Praska juga punya saham pilihan untuk jangka menengah - panjang. Di sektor teknologi, Praska menjagokan EMTK. Di sektor barang baku, saham pilihannya adalah MDKA, lalu di sektor keuangan Praska merekomendasikan PNIN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News