Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pemerintah dikabarkan akan melepas saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Pemerintah yang saat ini memegang 60,14% saham BBTN akan menjual kepemilikannya ke bank pelat merah.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) disebut-sebut sebagai calon kuat pembeli BBTN. Kabar ini membuat harga BBTN melesat 10,63% ke Rp 1.045 per saham, Rabu (15/4).
Analis MNC Securities, Zabrina Raissa bilang, jika akuisisi ini benar terjadi, bisa berefek positif dan negatif. "Positifnya, kinerja BBTN akan semakin baik," kata dia.
Maklum, BMRI merupakan bank dengan aset terbesar. Harapannya, BMRI bisa mendukung modal untuk ekspansi BBTN. BMRI juga dikendalikan eksekutif yang tak diragukan kemampuannya.
Selain itu, BMRI memiliki jaringan luas dan dikenal masyarakat. Akibatnya, jaringan nasabah BBTN bisa makin luas. Sedangkan dampak negatifnya, karyawan BBTN akan berkurang dan lebih banyak diisi karyawan BMRI.
Analis Panin Sekuritas, Raymond Budiman mengatakan, sinergi ini bisa berefek positif bagi BBTN. Selama ini, posisi BBTN tidak termasuk dalam tiga bank terbesar di Indonesia. BBTN pun lebih banyak menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR).
Analis Danareksa Sekuritas, Eka Savitri dalam risetnya, 14 April 2014 menuliskan, BBTN mengincar segmen nasabah penghasilan rendah. Ini membuat risiko bisnis KPR bersubsidi relatif tinggi, khususnya pada skema interest only ballon payment.
Alhasil, kualitas aset menurun sehingga rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) gross BBTN masih cukup tinggi yakni 4,05% di tahun lalu.
Tahun lalu, komposisi KPR non subsidi masih mendominasi portofolio kredit BBTN yakni sebesar 39,36%. Sedangkan, porsi KPR subsidi sebanyak 28,3%.
Raymond memperkirakan, total KPR non subsidi BBTN bisa tumbuh agresif dalam tiga tahun ke depan, rata-rata 28% per tahun. Sedangkan, KPR subsidi akan tumbuh rata-rata 2% per tahun.
KPR non subsidi memiliki profil risiko lebih kecil dibandingkan KPR subsidi. Raymond menduga, porsi KPR non subsidi BBTN akan meningkat menjadi 42% di tahun ini. Sedangkan, porsi KPR subsidi turun menjadi 25%.
Dia juga bilang, total kredit BBTN akan tumbuh 17% tahun ini dan NPL gross BBTN pun akan turun menjadi 3,88%.
Zabrina bilang, NPL bersih BBTN tahun lalu sebesar 3,04%. Tahun ini, ia memperkirakan, NPL bersih BBTN bisa turun menjadi 2%-2,5%.
Sementara penyaluran kredit BBTN, menurut Zabrina, akan tumbuh 14% di tahun ini. Namun, jika akuisisi BBTN oleh BMRI terwujud, pertumbuhan kredit BBTN bisa mencapai 17% di 2015.
Raymond memperkirakan, pendapatan bunga bersih BBTN akan naik 16,5% menjadi Rp 6,58 triliun di 2014. Sedangkan, laba bersih BBTN akan naik 16% menjadi Rp 1,81 triliun.
Zabrina memprediksikan, pendapatan bunga bersih BBTN tahun ini tumbuh 5% dan laba bersih tumbuh 14%.
Zabrina merekomendasikan hold saham BBTN dengan target harga Rp 1.500. Lonjakan harga BBTN, kemarin, belum bisa membuat Eka dan Raymond mengubah rekomendasi. Kedua analis itu masih merekomendasikan buy saham BBTN dengan target harga Rp 1.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News