Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi, emiten mengulik cara memperoleh pendanaan publik. Potensi berlanjutnya kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) membuat banyak emiten menunda penerbitan obligasi korporasi lantaran mempertimbangkan tingkat kupon yang harus ditawarkan. Di sisi lain, makin banyak perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia demi meraup modal dari publik melalui initial public offering (IPO).
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penerbitan obligasi korporasi memang menjadi lebih menantang di tengah tren kenaikan suku bunga seperti saat ini. "Tapi, saya pikir cost-nya masih jauh lebih murah ketimbang perusahaan melakukan kredit perbankan," kata Josua, Senin (27/8).
Apalagi, Josua menambahkan, perusahaan yang sudah lama tercatat di pasar modal (listed) dan memiliki peringkat cukup tinggi bisa menawarkan kupon yang tidak terlalu jauh lebih tinggi dari tingkat suku bunga sekarang. Memang, emiten tetap harus kembali mempertimbangkan kondisi pasar obligasi yang belum kondusif belakangan ini di tengah nilai tukar rupiah yang juga masih melemah.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, juga berpendapat, penerbitan obligasi korporasi masih lebih baik terutama untuk emiten yang memiliki kebutuhan pendanaan atau refinancing yang besar dengan jangka waktu jatuh tempo yang panjang pula. Sebaliknya, kalau pendanaan hanya ditujukan untuk kebutuhan likuiditas dalam jangka pendek, penerbitan surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN) patut lebih dipertimbangkan.
Selain itu, emiten yang sudah tercatat di bursa dalam kurun waktu yagn lama juga bisa mempertimbangkan pendanaan melalui rights issue. "Rights issue bisa lebih menarik di tengah kondisi suku bunga tinggi sekarang ini. Dana yang bisa didapat juga besar, meski jumlah pemegang saham pun akan bertambah banyak," kata Mikail, Senin (27/8).
Adapun, Josua menilai, opsi pendanaan pada akhirnya kembali pada tujuan pengunaan dana dan kondisi perusahaan saat itu. Misalnya terkait rating maupun kesiapan cost yang harus ditanggung dari aksi korporasi yang dilakukan.
Senada, Mikail juga mengimbau agar emiten menimbang betul kondisi pasar sebelum menerbitkan instrumen pendanaan. "Yang pasti, penerbitan obligasi korporasi memang melambat, tidak seramai tahun lalu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News