CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.929   -69,00   -0,44%
  • IDX 7.228   13,54   0,19%
  • KOMPAS100 1.105   2,36   0,21%
  • LQ45 877   1,75   0,20%
  • ISSI 219   0,82   0,38%
  • IDX30 449   0,77   0,17%
  • IDXHIDIV20 541   1,37   0,25%
  • IDX80 127   0,24   0,19%
  • IDXV30 136   0,71   0,52%
  • IDXQ30 150   0,31   0,21%

Menilik Rekomendasi Saham yang Getol Diborong & Dilepas Pengendali hingga Direksi


Minggu, 17 Maret 2024 / 18:51 WIB
Menilik Rekomendasi Saham yang Getol Diborong & Dilepas Pengendali hingga Direksi
ILUSTRASI. Masih di periode awal tahun 2024, sejumlah "orang dalam" tancap gas melakukan transaksi saham.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih di periode awal tahun 2024, sejumlah "orang dalam" tancap gas melakukan transaksi saham. Mereka adalah pengendali, pemegang saham signifikan maupun top management, dari direksi hingga komisaris yang memborong maupun melepas saham emitennya. 

Sebagai contoh, PT Arthakencana Rayatama, salah satu pengendali dari PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang getol mengakumulasi. Arthakencana bahkan memborong saham AKRA sejak akhir tahun 2023. Transaksi terakhir dilakukan pada 6-7 Maret 2024, dimana Arthakencana saat ini telah menambah kepemilikan menjadi 60,76%. 

Selanjutnya, ada Blooming Years Pte. Ltd, yang terus menambah kepemilikan di PT Multitrend Indo Tbk (BABY). Sampai dengan transaksi yang dilakukan 8 Maret 2024, Blooming Years menggenggam hingga 89,46% saham emiten pemegang lisensi Mothercare di Indonesia tersebut.

Sebelumnya, Bersama Digital Infrastructure Asia Pte. Ltd. telah memborong saham emiten yang dikendalikannya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Pada 24 Januari 2024, Bersama Digital memborong 1 miliar saham perusahaan menara telekomunikasi itu sehingga kepemilikannya bertambah 4,41% menjadi 79,75%.

Pengendali lain yang mengakumulasi saham emiten di awal tahun ini adalah PT Temas Lestari. Pengendali PT Temas Tbk (TMAS) tersebut memborong 980,6 juta saham pada 1 Februari 2024 untuk menambah kepemilikannya menjadi 83,65%.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Konsolidasi Pada Senin (4/3), Berikut Saham-Saham yang Bisa Dilirik

Sementra itu, PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) mengalami perubahan komposisi pemegang saham. Salah satu pemegang saham signifikan ESSA, PT Trinugraha Akraya Sejahtera melepas hingga 3,22 miliar saham sehingga porsinya terpangkas dari 19,75% menjadi tinggal 1,01%.

Pada saat yang sama, dua konglomerat Indonesia, Garibaldi "Boy" Thohir dan Theodore Permadi alias TP Rachmat menambah kepemilikan saham di ESSA. Dalam laporan registrasi pemegang efek per 29 Februari 2024, kepemilikan Boy Thohir naik dari 5,55% menjadi 14,14%, sedangkan porsi TP Rachmat meningkat dari 3,9% menjadi 7,02%.

Di sisi lain, ada juga "orang dalam" yang melepas saham emitennya. Seperti PT Tunggal Jaya Investama, pemegang saham signifikan PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC). Pada 7 Maret 2024 Tunggal Jaya melepas 550,45 juta saham, dengan tujuan menambah jumlah saham free float yang diharapkan bisa meningkatkan kuantitas transaksi perdagangan saham IMPC.

Kemudian, ada Virendra Prakash Sharma, komisaris utama dari PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA). Pada awal bulan ini, Virendra beberapa kali melakukan transaksi dengan melego saham anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) tersebut.

Selain yang disebutkan di atas, sederet saham emiten lain juga ditansaksikan oleh "orang dalam". Di antaranya PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN),  PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR), PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT), PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Baca Juga: Simak Saham Pilihan di IDX High Dividend 20 Berikut Ini

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni mengamati biasanya aktivitas transaksi "orang dalam" pada suatu emiten bukan tanpa alasan. Motifnya bisa beragam, mulai dari perubahan strategi, indikasi adanya aksi korporasi, hingga memanfaatkan momentum saat valuasi saham dinilai sedang murah.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat, "orang dalam" yang getol memborong umumnya karena menilai harga sahamnya sedang rendah. Dengan begitu, buying power untuk mengakumulasi saham tidak memerlukan dana yang terlalu besar.

"Di sisi lain, juga memberikan awareness bahwa pengendali percaya terhadap prospek emiten dan akan menjaga kinerja agar tetap berkelanjutan. Artinya, sense of belonging pada kelangsungan bisnis akan terjaga,"  kata Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (17/3).

Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengamini  transaksi pembelian maupun penjualan saham biasanya didorong oleh keyakinan "orang dalam" terhadap prospek emiten ke depan. Momentum melakukan transaksi di awal tahun memiliki korelasi dengan perencanaan strategis emiten yang menentukan prospek usahanya di sepanjang tahun.

"Orang dalam yang melakukan transaksi biasanya juga ingin diversifikasi portofolio hingga untuk kepentingan pribadi seperti kebutuhan dana atau ada perubahan situasi pada keuangannya," ungkap Alfaruqy.

Baca Juga: Single Stock Futures Akan Meluncur, Bisa Cari Cuan Saat Pasar Tak Menentu

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menimpali bahwa transaksi para "orang dalam" tidak menggambarkan secara langsung situasi pasar. Transaksi bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan keperluan investor atau keputusan manajemen. 

Menurut William, transaksi yang dilakukan "orang dalam" juga tidak secara otomatis mencerminkan prospek emiten. Meski, sering kali akumulasi saham yang konsisten memberikan sentimen atau sinyal terkait prospek usaha yang belum diketahui oleh publik.

Transaksi "orang dalam" memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap setiap saham. Seberapa signifikan dampaknya terhadap pergerakan saham setidaknya ditentukan oleh tiga faktor. Pertama, jumlah saham yang diborong atau dilepas.

Kedua, siapa pihak atau investor yang melakukan transaksi. Jika yang melakukan adalah market movers, maka dampaknya akan lebih signifikan direspons oleh pasar. Ketiga, aksi korporasi lanjutan apa yang akan dilakukan oleh emiten tersebut.

"(Berdampak) signifikan apabila pembelian atau penjualan dilakukan secara konsisten. Kalau sesekali maka tidak ada efeknya terhadap harga saham. Tapi yang dilakukan konsisten misalnya sampai berbulan-bulan, itu bisa diperhatikan," terang William.

Baca Juga: IHSG Anjlok 1,42% ke 7.328, Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini di Akhir Pekan

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menilai dampak dari transaksi "orang dalam" cenderung bersifat jangka pendek. Sedangkan untuk katalis pada jangka yang lebih panjang, investor akan lebih mencermati bagaimana perkembangan kinerja keuangan emiten serta daya tarik valuasi pada saham-saham tersebut.

Di samping progres kinerja dan valuasi emiten, Agung menambahkan, momentum teknikal dan likuiditas saham juga menjadi faktor krusial jika ingin mengikuti aksi "orang dalam". Di antara saham yang ditransaksikan oleh "orang dalam", Agung menilai saham AKRA, TBIG, BIRD dan SILO layak dikoleksi.

Alfaruqy dan William juga menjagokan saham AKRA. Selain itu, William menyodorkan saham BIRD, UVCR, SILO dan MFIN. Sedangkan Reza memilih saham MAPA, BIRD dan SILO.

Sementara bagi Praska, saham TBIG, TMAS dan UVCR bisa dipertimbangkan sebagai pilihan trading jangka pendek-menengah. Kemudian, Praska menyarankan buy on weakness saham ESSA yang masih dalam konsolidasi sideways.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×