Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Daniel menilai harga saham sebelumnya cenderung sudah priced in, sehingga pengumuman dividen hanya akan menjadi sentimen jangka pendek. Menurut dia, sentimen eksternal seperti efek konflik geopolitik, pelemahan kurs rupiah dan kebijakan suku bunga saat ini lebih dominan sebagai sentimen di pasar saham.
Sementara itu, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menyoroti pergerakan harga saham yang sudah lebih dulu didorong oleh ekspektasi. Sehingga ketika sudah ada pengumuman resmi, harga saham justru berpotensi bergerak pada fase pullback.
Valdy mengingatkan, dividen sejatinya merupakan return yang diharapkan dari investasi jangka panjang. "Jadi strategi trading spesifik sebetulnya tidak ada. Kecenderungan harga naik pada saat cum date dan turun di ex date juga tidak selalu terjadi," kata Valdy.
Baca Juga: Astra Graphia (ASGR) Bakal Bagi Dividen 45% dari Laba Bersih 2023
Head of Proprietary Investment Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo turut mengingatkan supaya pelaku pasar mesti berhati-hati. Menjadi dividend hunter untuk jangka pendek akan rawan terkena dividend trap.
"Sepertinya sebagian pelaku pasar agak terlena dengan tingginya dividen tahun lalu sehingga agak kecewa ketika dividen tahun ini lebih rendah dari ekspektasi," ungkap Handiman.
Menurut Handiman, saham di perbankan middle maupun big caps, multi finance, dan consumer non-siklikal menarik dicermati. Sebagai strategi investasi, Joy menyarankan untuk menghindari terlebih dulu saham yang sensitif terhadap nilai tukar dolar.
Sedangkan Sukarno menilai saham HMSP menarik untuk pilihan trading buy menjelang cum date, dan saham UNTR juga layak sebagai pilihan jangka pendek. Sementara Nico menjagokan UNTR dengan target jangka panjang di level harga Rp 27.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News