kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Menilik Proyeksi Investor Soal Iklim Investasi di Era Kepemimpinan Prabowo


Senin, 28 Oktober 2024 / 06:25 WIB
Menilik Proyeksi Investor Soal Iklim Investasi di Era Kepemimpinan Prabowo
ILUSTRASI. Presiden Prabowo Subianto (depan tengah) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (baris kedua, kedua kanan) bersiap untuk berfoto bersama jajaran Menteri dan Kepala Lembaga Tinggi Negara Kabinet Merah Putih yang baru dilantik di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2024). Presiden Prabowo melantik 53 menteri dan kepala badan negara setingkat menteri dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Lmo/nym.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto disambut cukup baik oleh para investor. Bukan berarti iklim pasar saham tanpa tantangan selama lima tahun ke depan.

Founder Indonesia Investment Education Rita Efendy mengaku cukup optimistis bahwa kepemimpinan Prabowo bisa berdampak positif terhadap bursa dan iklim investasi. Terutama jika pemerintah berhasil mendorong kebijakan pro-investor. 

Dengan fokus pada sektor strategis, seperti energi dan infrastruktur, serta dorongan untuk menciptakan stabilitas ekonomi, bursa saham bisa mendapatkan momentum. 

“Selain itu, jika Prabowo mampu menjaga hubungan yang baik dengan investor asing dan memperkuat iklim usaha dalam negeri, pasar saham akan merespons secara positif,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/10).

Baca Juga: CORE Indonesia: Kejelasan Kebijakan Pemerintah Kunci Utama Menarik Investasi Asing

Rita meyakini, makroekonomi Indonesia bisa berkembang secara positif dalam lima tahun ke depan, meskipun ada tantangan dari aspek politik dan hukum global. 

Hal-hal seperti geopolitik, perang dagang, dan perubahan kebijakan ekonomi global akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Tapi, dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa mempertahankan kestabilan ekonomi. 

Program-program ekonomi Prabowo, seperti peningkatan investasi infrastruktur dan energi, memiliki potensi besar jika dijalankan dengan baik. 

“Target pertumbuhan ekonomi 8% adalah lumayan tinggi, namun bisa dicapai jika ada reformasi struktural yang kuat, perbaikan regulasi, dan dukungan dari sektor swasta,” tuturnya.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Capai 10.000 pada Era Prabowo-Gibran

Untuk akhir tahun ini, Rita memperkirakan IHSG bisa naik ke level 7.600-7.800. Selama lima tahun kepemimpinan Prabowo, IHSG diperkirakan bisa mencapai level 8.500-9.000. Tetapi, ini tercapai jika pemerintah berhasil menciptakan kondisi makroekonomi yang kondusif dan menarik lebih banyak investasi.

Menurut Rita, sektor yang berpotensi cuan besar di era pemerintahan Prabowo adalah sektor energi, properti, infrastruktur, dan pertambangan. 

Pemerintah Prabowo diperkirakan akan fokus pada pembangunan infrastruktur dan pengembangan energi bersih, sehingga sektor-sektor tersebut akan sangat diuntungkan. 

“Saya menyukai sektor energi terbarukan karena tren global menuju energi hijau dan program pemerintah yang mendukung transisi energi,” ungkapnya.

Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Menguat Seiring Rilis Data Ekonomi Dalam dan Luar Negeri

Dari sektor energi, pemerintah dipercaya akan memprioritaskan peningkatan tingkat produksi minyak dan melakukan amandemen terhadap Undang-Undang Migas, dengan ekspektasi bahwa proses legislasi ini akan berjalan lebih cepat dari perkiraan.

”Peraturan baru ini diharapkan akan mencakup beberapa insentif, seperti menurunkan bagian pendapatan pemerintah dan memberikan keuntungan lebih baik bagi investor,” tuturnya.

Dari kebijakan ini, emiten yang akan terkena dampak positif adalah MEDC, ELSA, ENRG, dan WINS.

Di sektor properti di pemerintahan Prabowo akan terdorong sejumlah kebijakan yang akan mendorong kinerja sektor ini, seperti program pembangunan tiga juta rumah baru. Dari kebijakan ini, emiten yang bisa terdorong kinerjanya adalah CTRA, SMRA, BSDE, BBTN, dan sejumlah emiten semen.

Baca Juga: Proyeksi IHSG & Rekomendasi Saham Pilihan Menyambut Musim Rilis Laporan Keuangan

Dari kebijakan hilirisasi, emiten yang kemungkinan akan terdorong kinerjanya adalah ANTM, TINS, INCO, PTBA, INDY, BUMI, dan ADRO.

Kebijakan peningkatan biodiesel menjadi B40 ke atas, bisa menstimulus kinerja TAPG, AALI, dan LSIP.

“Sementara, dari kebijakan pengembangan EBT, emiten yang akan dapat sentimen positif adalah BREN, PGEO, ARKO, dan KEEN,” paparnya.

Investor dan Praktisi Pasar Modal, Rivan Kurniawan mengaku yakin kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bisa berdampak positif untuk bursa dan iklim investasi di pasar saham. Sebab, program-program yang dicanangkan selama masa kampanye kemarin mengarah pada keberlanjutan dan pro-pertumbuhan. 

“Selain itu, jajaran kementerian yang ada saat ini juga masih dihiasi oleh sejumlah nama lama yang sudah terbukti rekam jejaknya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/10).

Baca Juga: IHSG Turun 0,84% Sepekan, Ada Saham yang Justru Menguat 100%

Jika melihat kembali ke tahun 2014, saat Presiden Joko Widodo pertama kali menjabat, bursa saham merespons positif dengan kenaikan IHSG hampir mencapai 20% dalam setahun. Rivan berharap, momentum kepemimpinan baru di bawah Prabowo Subianto juga direspons positif oleh market ke depan.

Apalagi, Prabowo memiliki target pertumbuhan GDP hingga 8%. Meskipun memang sulit dan kemungkinan membutuhkan proses yang panjang, progam-progam yang dijalankan yang fokus pada pro-rakyat akan menumbuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. 

Menurut Rivan, kualitas SDM yang baik adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Kesejahteraan rakyat Indonesia adalah faktor yang penting, karena kita tidak boleh lupa bahwa PDB kita didorong oleh consumer spending yang menyusun 50%-60% dari keseluruhan PDB,” paparnya.

Meskipun begitu, bukan berarti kinerja makroekonomi dan pasar saham Indonesia tidak menghadapi tantangan. Sebab, saat ini ada sejumlah sentimen negatif dari global yang membuat pasar menjadi volatile. Misalnya, kondisi geopolitik di Timur Tengah, ketidakpastian menjelang Pemilu Amerika Serikat (AS) yang ada potensi Donald Trump kembali menang dengan kebijakan inflationary, serta ekspektasi pasar atas lebih lambatnya pemangkasan suku bunga bank sentral.

Baca Juga: Melemah 0,84% Pekan Lalu, Simak Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Besok (28/10)

Alhasil, program ekonomi pemerintahan Prabowo masih perlu pembuktian. Namun, dari beberapa kebijakan yang sudah diambil di hari-hari ini, seharusnya akan mendorong produktivitas rakyat dalam beberapa tahun ke depan. 

“Memang, program ini bukanlah yang bisa selesai dalam 1-2 tahun saja. Butuh waktu untuk kita bisa memetik buah dari semua upaya tersebut,” ungkap Rivan.

Jika Donald Trump menang dalam Pemilu AS, maka kemungkinan besar perang dagang AS dengan China akan cukup panas. 

Alhasil, pertumbuhan ekonomi global pun akan sulit dan Indonesia sebagai negara non-blok dapat memanfaatkan ini. Hal tersebut karena  produk-produk dari China tidak bisa masuk Amerika dan Eropa dan berpotensi membanjiri pasar Asia dengan harga yang sangat murah. 

“Dengan regulasi pemerintah terkait anti-dumping yang baik, maka seharusnya kita bisa mendapatkan bahan baku yang cukup murah juga dari China,” tuturnya. 

Baca Juga: Ekonom Ingatkan Pemerintah Tak Gaet Investor Asing Hanya Untuk Capai Target MBG

Rivan mengatakan, optimisme adanya pemulihan ekonomi di tahun 2024 ini, baik secara global maupun domestik, seharusnya akan mengangkat IHSG ke level yang baru. Pada tahun 2024 ini, IHSG untuk pertama kalinya mencapai 7.900. Pada tahun 2025, IHSG kemungkinan besar akan mencapai nilai all time high lagi, dengan target konservatif awal di 8.500. 

“Pemulihan ekonomi akan mempengaruhi harga saham, khususnya emiten bank besar yang di akhir-akhir ini cukup lagging. Dengan peningkatan profit di tahun 2025, saham-saham big banks juga akan mendorong IHSG ke level yang baru,” tuturnya.

Jika melihat hal di luar fundamental, IHSG saat ini juga didorong oleh saham konglomerat, seperti BREN, TPIA, AMMN, DSSA, dan PANI. Saham-saham tersebut akan menjadi penentu arah IHSG dan harga saham tersebut juga sudah dikontrol oleh berbagai ‘pihak’. 

“Oleh karena itu, IHSG kita sebenarnya juga disetir oleh beberapa ‘pihak’ tersebut, yang mana akan menjadi sulit untuk diprediksi,” paparnya.

Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Awal Pekan (28/10)

Menurut Rivan, dengan sentimen yang existing, banyak sektor yang diuntungkan. Pertama, untuk UMKM dan Ultra Mikro, di mana Prabowo sangat fokus untuk kesejahteraan rakyat bawah. Program-program tersebut nantinya akan mendorong konsumsi rakyat kelas bawah, yang nantinya juga akan mendorong permintaan kredit. Sehingga, sektor perbankan di UMKM dan Ultra Mikro akan diuntungkan.

Kedua, keinginan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk meningkatkan operasional hulu migas dapat mendorong kinerja emiten sektor upstream migas dan bisnis pendukungnya.

Ketiga, program makan siang gratis yang membutuhkan bahan baku dapat menstimulus kerja emiten di sektor poultry, beras, dan consumer goods. 

“Namun, masih harus ada analisis lebih dalam lagi saat program sudah berjalan, apakah Prabowo mengambil suplai dari perusahaan swasta atau malah akan membangun BUMN baru khusus untuk proses makanan-makanan tersebut,” ujar Rivan.

Keempat, diskon pajak di sektor properti akan membuat emiten di sektor ini akan diuntungkan. Dengan penghapusan PPN 11% dan BPHTB 5%, maka total pemotongan pajak untuk pembelian properti sebesar 16%. Selain itu PPN-DTP rencananya juga akan dilanjutkan sebesar 50% pada tahun 2025. 

“Dengan insentif tersebut, diharapkan penjualan properti akan meningkat, baik dari properti subsidi maupun non-subsidi. Emiten Properti dan Perbankan di bidang KPR akan diuntungkan,” ungkapnya.

Baca Juga: Pekan Merah di Bursa Saham

Investor Pasar Modal dan Founder Komunitas Investor Saham Indonesia, Teguh Setiawan Pinem melihat, Prabowo Subianto mempunyai program berkelanjutan dari pemerintahan terdahulu dan menekankan pentingnya menjaga stabilitas nasional, baik itu keamanan maupun perekonomian. 

Alhasil, sektor konstruksi masih bisa dapat stimulus bagus, mengingat proyek IKN dan beberapa infrastruktur strategis akan dilanjutkan di masa pemerintahan Prabowo. Sentimen baik juga menghampiri sektor properti, yang mana akan ada rencana penghapusan pajak rumah. 

“Program makan gratis di era kepemimpinan Prabowo juga akan mendongkrak sektor consumer,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Sabtu (27/10).

Namun, Teguh kurang yakin dengan kondisi makroekonomi dan terpenuhinya target pertumbuhan ekonomi 8%. Kecuali, jika program hilirisasi yang mencakup 26 komoditas vital, seperti nikel, segera diselesaikan. 

Dengan program hilirisasi, Indonesia tak lagi mengekspor bahan baku mentah, tetapi bisa menjual produk jadi dengan nilai tambah yang tinggi. Harapan dari program hilirisasi ini Indonesia menjadi negara yang mandiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup masyarakatnya dan swasembada pangan bisa tercapai. 

“Kalau pertumbuhan ekonomi 8% bisa terjadi, kemungkinan besar bisa juga berdampak positif ke perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bisa membuat IHSG terus membuat ATH baru,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×