Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang garuda diproyeksi bakal mengalami pelemahan pada pekan depan seiring rilis sejumlah data ekonomi, baik domestik maupun eksternal.
Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah 0,91% dalam sepekan ke level Rp 15.646 pada perdagangan Jumat (25/10). Dalam sehari, rupiah melemah 0,40% dari sehari sebelumnya
Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pun bergerak melemah 1,06% dalam sepekan ke Rp 15.629 per dolar AS pada Jumat (25/10). Sementara dalam sehari, rupiah Jisdor melemah 0,23%
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa pada penutupan Jumat (25/20) rupiah ditutup melemah akibat peningkatan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok.
Baca Juga: Aliran Modal Asing Hengkang Rp 6,63 Triliun Pekan Terakhir Oktober 2024
"Sentimen ini kembali dipicu oleh skeptisme beberapa pejabat menteri keuangan global terkait stimulus yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok terhadap pemulihan pertumbuhan ekonomi Tiongkok," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/10).
Adapun sejumlah Pejabatnya adalah AS, Jenet Yellen, Menteri Keuangan Brazil, Fernando Haddad, serta Direktur IMF, Kristalina Georgieva memberikan pernyataan keraguan terhadap kebijakan stimulus Tiongkok. Kekhawatiran terhadap pemulihan Tiongkok pun mendorong sentimen risk-off di pasar Asia, sehingga mendorong depresiasi nilai tukar rupiah.
Sementara untuk pekan depan, Josua memprediksi rupiah akan bergerak menguat. Proyeksi tersebut ditopang oleh potensi penurunan data ADP Employment Change, serta penurunan PCE Price Index tahunan.
Berbeda, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memproyeksi rupiah akan bergerak melemah terhadap dolar AS pada pekan depan. Hal tersebut didorong serangan balasan Israel ke Iran yang menimbulkan kekuatiran eskalasi situasi di Timur Tengah.
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Awal Pekan (28/10)
Selain itu, sejumlah data ekonomi yang akan dirilis pada pekan depan akan menambah sentimen bagi pergerakan rupiah. Sebab, pasar berekspektasi data ekonomi AS masih akan kuat sedangkan data ekonomi dalam negeri melemah.
"Data-data ekonomi AS diperkirakan masih kuat, contoh PDB AS diperkirakan akan tumbuh 3% QoQ. Sedangkan inflasi Indonesia diperkirakan akan turun ke 1.7% dan ini meningkatkan harapan pemangkasan suku bunga oleh BI," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Adapun pada pekan depan, data domestik yang bakal rilis adalah data manufaktur PMI dan inflasi. Sementara dari eksternal yaitu pertumbuhan PDB AS, PMI official dan Caixin China, inflasi PCE AS dan tenaga kerja AS NFP.
Lukman pun memproyeksi untuk Senin (28/10), rupiah akan berada pada kisaran Rp 15.650 per dolar AS sampai Rp 15.750 per dolar AS. Sementara Josua memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 15.550 per dolar AS -Rp 15.675 per dolar AS pada Senin (28/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News