kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Menilik kinerja sektor konstruksi menurut analis Indo Premier Sekuritas


Senin, 25 Februari 2019 / 06:15 WIB
Menilik kinerja sektor konstruksi menurut analis Indo Premier Sekuritas


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor konstruksi menarik untuk diamati tahun ini. Sejumlah kontrak besar yang telah berlangsung mampu menstimulus kinerjanya. Di tahun ini tantangan kian seru, sebab proyek mendatang tidak sebesar yang sebelumnya di tengah tahun politik.

Analis PT Indo Premier Sekuritas, Joey Fauzian memperkirakan pertumbuhan sektor ini akan melambat. Prospek pendapatan yang lebih lambat karena pertumbuhan pesanan proyek yang lebih rendah dan utang yang tinggi. Ia memperkirakan pendapatan sektor konstruksi akan tumbuh sebesar 14% pada akhir 2018. Sedangkan tahun ini turun menjadi 7%, dan pada 2020 diramal terkoreksi 8%.

Kontrak baru dan pertumbuhan pemesanan kontrak proyek akan melambat menjadi 4% damn 13% karena kendala pembiayaan, meningkatnya biaya keuangan. “Pertumbuhan anggran pemerintah terkait infrastruktur pada tahun 2019, juga akan berkurang,” tulis Joey dalam risetnya 13 Februari 2019.

Sebelumnya, kontrak baru dan pesanan kontraktor empat perusahaan besar Badan Usaha Miliik Negara (BUMN) telah tumbuh sebesar 23% dan 31% pada periode 2012-2017. Di mana masing-masing. dengan pertumbuhan puncaknya 68% untuk kontrak baru dan 58% pesaran kontraktor pada tahun 2016.

Joey memperkirakan perusahaan kontraktor BUMN akan membukukan arus kas operasional yang positif ke depan. Didukung oleh penerimaan pembayaran turnkey yang dijadwalkan untuk penyelesaiannya pada kuartal IV 2018 dan kuartal I 2019.

Meskipun kini pemerintah tidak begitu fokus terhadap penetapan anggaran infrastruktur ia percaya perusahaan kontraktor BUMN akan lebih fokus pada pelaksanaan kontrak proyek yang sedang berjalan. Adapun anggaran infrastruktur pemerintah diramal hanya naik 2% pada tahun ini.

Akan tetapi bukan mengesampingkan kontrak baru, sebab itu bisa menjadi stimulus arus kas. Serta fokus terhadap ekspansi yang telah dikontrak pada peroiode sebelumnya.

“Kami percaya penciptaan holding BUMN akan berdampak positif bagi sektor ini sehingga menjadi katalis konstruksi,” kata Joey. Ia menambahkan penyediakan lebih banyak kapasitas pendanaan untuk BUMN kontraktor.

Di sisi lain, holding perumahan akan menyediakan pekerjaan konstruksi PT Waskita Karya Tbk. (WIKA) dan PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) untuk transit oriented development (TOD) dan transit corridors development (TCD) di sepanjang proyek infrastruktur baru.

Ke depan, holding akan memiliki beberapa merger di tingkat anak perusahaan dalam kategori bisnis yang sama yang diharapkan menciptakan efisiensi melalui pembelian bahan baku mentah sehingga pendanaan lebih terjangkau.

WIKA di tahun 2019, menargetkan perolehan kontrak baru dari proyek luar negeri sebesar Rp 3,49 triliun atau naik 16,3% dari target 2018 yang sebesar Rp 3 triliun. Hingga Desember 2018, WIKA telah mengerjakan proyek-proyek infrastruktur prestisius dan gedung mulai dari Asia hingga Afrika.

Proyek tersebut di antaranya seperti Limbang Bridge di Malaysia senilai Rp 225,65 miliar, Yangon Mandalay Railway di Myanmar senilai Rp 364 miliar, Kinmen Bridge di Taiwan senilai Rp 95,95 miliar, 4.400 unit Logement di Aljazair senilai Rp 1,73, Renovasi Istana Presiden di Republik Niger senilai Rp 575 miliar dan Mixed Used Building di Senegal sebesar Rp 3,50 triliun.

Joey memertahankan WIKA dan PTPP sebagai pilihan utama dalam sektor ini. Meskipun kontrak proyek pemesanan lebih rendah dari prospek pendapatan, sektor ini masih bisa berkembang karena tingkat utang dan arus kas operasi secara bertahap membaik pada 2019 ke depan.

Kedua emiten tersebut terbilang masih sehat yang mana memiliki prospek pendapatan yang lebih baik. Mengingat kemampuan mereka untuk mengeluarkan lebih banyak utang untuk mengambil beberapa proyek besar di masa depan seperti MRT fase II dan Jakarta-Cikampek Selatan.

Joey merekomendasikan beli saham WIKA dengan target price (TP) Rp 2.300 per saham. Sedangkan PTPPT direkomendasikan beli saham di TP Rp 2.600 per saham sampai akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×