kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menilik Faktor Pendorong Kinerja Indeks Saham Syariah


Selasa, 18 Oktober 2022 / 06:30 WIB
Menilik Faktor Pendorong Kinerja Indeks Saham Syariah


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham syariah menunjukkan performa yang lebih positif dibanding indeks saham non-syariah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun sampai dengan Senin (17/10), Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) naik 6,80% dan Jakarta Islamic Index (JII) meningkat 7,47%, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 3,79% dan IDX30 naik 3,05%.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekurtas Cheril Tanuwijaya mengatakan, performa indeks saham syariah lebih unggul karena banyak ditopang saham-saham yang kinerjanya positif, seperti saham-saham komoditas dan bahan baku. Indeks saham syariah juga tidak diisi oleh saham-saham teknologi yang mencatatkan pelemahan kinerja terbesar.

Analis RHB Sekuritas Muhammad Wafi berpendapat, performa saham syariah lebih oke karena syarat saham yang ketat soal porsi utang di neraca. Hal ini membuat kinerja fundamental saham syariah lebih tangguh dari saham lain yang mempunyai leverage  tinggi.

Baca Juga: Peluang Besar, LPEI Bidik Pembiayaan ke Sektor Produk Ekspor Halal

“Otomatis harga sahamnya juga lebih stabil. Saham syariah juga mengecualikan saham perbankan yang volatilitasnya cukup tinggi karena tren kenaikan tingkat suku bunga,” kata Wafi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/10).

Untuk ke depannya, Cheril memprediksi, saham-saham yang tergolong dalam indeks saham syariah masih prospektif. Utamanya adalah saham-saham sektor komoditas, barang konsumen primer, dan bahan baku.

Cheril menilai, saham-saham barang konsumen primer masih positif di tengah lonjakan inflasi sehingga masih mampu bertumbuh. “Untuk saham-saham komoditas dan bahan baku karena masih krisis energi jadi harga komoditasnya bakal berlanjut naik,” ucap Cheril.

Meskipun begitu, menurutnya, potensi koreksi masih ada seiring dengan adanya sentimen global berupa kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan agresifnya kenaikan suku bunga acuan. Di sisi lain, koreksi tersebut dapat menjadi kesempatan investor untuk memperoleh saham-saham bagus dengan harga murah.

Baca Juga: Kompak Melemah, Begini Prospek Saham-saham Bank Digital ke Depan

Saham-saham yang menarik dicermati menurut Cheril adalah ADRO, UNTR, ITMG, MYOR, ICBP, dan INDF. Potensi kenaikan harga sahamnya masih ada sebesar 10%.

Wafi menambahkan, saham-saham yang prospeknya bagus ke depannya adalah saham komoditas, telekomunikasi, dan barang konsumen. “Harga komoditas masih bagus sampai akhir tahun, telekomunikasi bisa jadi jadi alternatif pas volatilitas naik, dan barang konsumsi bisa menjadi safe heaven karena termasuk sektor defensif,” kata Wafi.

Saham-saham yang menjadi pilihan Wafi aalah ITMG dengan target harga Rp 49.300. UNTR Rp 42.700, TLKM Rp 5.100, ICBP Rp 12.000, MYOR Rp 2.400, MAPI Rp 1.500, dan HEAL Rp 17.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×