Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi rupiah masih terus membayang-bayangi sejumlah emiten. Rupiah spot ditutup melemah 0,48% ke level Rp 16.072 per dolar AS pada Senin (27/5). Kurs rupiah kembali terperosok ke level Rp 16.000 per dolar AS usai sempat menguat ke level Rp 15.000-an sejak pertengahan Mei.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat fluktuasi rupiah ini bisa berdampak positif maupun negatif pada emiten. Menurutnya jika terjadi pelemahan rupiah hal ini akan membawa dampak positif untuk perusahaan yang penjualannya berorientasi ekspor dan minim bahan baku impor.
"Emiten tersebut cenderung pada sektor komoditas," jelas Azis pada Kontan, Senin (27/5).
Sementara itu Azis mengatakan emiten yang tidak diuntungkan pada pelemahan rupiah ini adalah emiten retail yang produknya dari impor. Selain itu ada juga emiten farmasi yang cenderung bahan bakunya berasal dari impor.
Baca Juga: Ketidakpastian di Pasar Berlanjut, Berikut Saran Alokasi Aset Keuangan Saat Ini
"Secara prospek untuk emiten komoditas seperti coal masih memiliki prospek yang positif untuk jangka Panjang," ujarnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga mengungkapkan hal serupa. Fluktuasi rupiah yang cenderung kembali melemah akan memberikan dampak negatif terhadap emiten yang memiliki eksposure besar dari sisi impor.
Namun akan memberikan dampak positif terhadap emiten yang memiliki eksposure besar dari sisi ekspor.
"Oleh sebab itu perhatikan bobot ekspor dan impor dari masing masing emiten," ungkapnya.
Maximilianus menyebutkan emiten yang memiliki porsi besar dari sisi impor mulai dari farmasi yang bahan bakunya mayoritas masih impor, serta emiten electronik akan sangat terdampak pada pelemahan rupiah. Sedangkan yang akan merasakan dampak positif adalah emiten yang memiliki eksposure besar untuk ekspor seperti komoditas.
Meski begitu, menurut Maximilianus tetap harus memperhatika fundamental dan market share dari perusahaan tersebut.
"Karena meskipun memiliki eksposure besar di ekspor, belum tentu mereka akan merasakan dampak positif yang sama," jelasnya.
Sedangkan untuk emiten yang porsinya lebih besar di impor, perlu diperhatikan juga dari sisi mitigasi risiko yang mereka lakukan.
Baca Juga: Ada Sentimen Rebalancing Indeks, Simak Rekomendasi Saham Pilihan IPOT pada Minggu Ini
"Apakah mereka melakukan hedging kurs atau tidak, karena ini menjadi sangat penting untuk menjaga nilai pembelian agar tidak mengalami kenaikan akibat pelemahan rupiah," ucapnya.
Sementara pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan sejumlah emiten yang memiliki banyak utang dalam bentuk dolar AS dan impor bahan baku dalam akan terdampak jika rupiah kembali melemah.
"Seperti GJTL dan KLBF itu akan terdampak," kata Budi.
Melihat dampak fluktuasi rupiah pada sejumlah emiten tersebut, maka Azis merekomendasikan untuk wait and see pada saham komoditas seperti ITMG, ADRO, dan PTBA. Kemudian juga trading buy pada KLBF dengan target Harga Rp 1.600-Rp 1.610.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News