kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,42   2,67   0.30%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukur Laju Pakuwon Jati (PWON) di Segmen Komersial dan Properti


Selasa, 22 Februari 2022 / 20:12 WIB
Mengukur Laju Pakuwon Jati (PWON) di Segmen Komersial dan Properti
ILUSTRASI. Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Mengukur Laju Pakuwon Jati (PWON) di Segmen Komersial dan Properti.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

Padahal, ada potensi kenaikan suku bunga tahun ini yang dapat mempengaruhi nilai kredit yang bisa disalurkan perbankan. Beberapa negara pun sudah memulai tren kenaikan suku bunga untuk memerangi tingginya inflasi. Selain itu, besaran insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada tahun ini juga tidak sebesar tahun lalu. 

Menurut perkiraan Pandhu, potensi kenaikan pada sektor properti memang masih terbuka. Namun, tidak akan sekencang tahun sebelumnya.

"Sehingga melihat sektor ini cenderung netral karena potensi pertumbuhan yang terbatas. Perlu cermati bagaimana daya beli masyarakat apakah dapat pulih, dan dapat bertahan jika insentif dikurangi atau jika dicabut tahun ini. Apalagi kenaikan suku bunga sudah hampir pasti akan terjadi," ujar Pandhu.

Baca Juga: Menilik Laju Bisnis Pusat Perbelanjaan di Tengah Melonjaknya Kasus Varian Omicron

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura Anggita dalam risetnya juga mengeluarkan outlook neutral untuk sektor properti di tahun ini. Riset tertanggal 28 Januari 2022 itu menjelaskan bahwa rata-rata discount Net Asset Value (NAV) terhadap saham-saham properti masih berada di atas 50%, sehingga valuasinya relatif lebih murah dan menarik.

Lalu, didukung juga dengan perolehan marketing sales yang melampaui target dan perbaikan kinerja mayoritas emiten properti. Meski begitu, potensi kenaikan suku bunga BI dan KPR dapat mempengaruhi penjualan dan daya beli masyarakat. "Maka dari itu, kami memberikan rating Neutral terhadap sektor properti," sebut Olivia.

Samuel Sekuritas pun masih merekomendasikan buy untuk saham PWON dengan target harga di Rp 630. Adapun, pada perdagangan Selasa (22/2) ini saham PWON ditutup melemah 8 poin atau turun 1,75% ke level Rp 450. Secara year to date, saham PWON merosot 3,02%.

Baca Juga: Menengok Laju Bisnis Pusat Perbelanjaan di Tengah Melonjaknya Kasus Varian Omicron

Pandhu melihat bahwa secara teknikal, rata-rata sektor property sedang berusaha bangkit dari tren turun menengah.

"Memang sempat menguat pekan lalu terbawa kenaikan indeks yang tembus all time high. Namun pasar tampaknya masih cenderung wait and see, mungkin belum berani ambil risiko karena dianggap sektor yang paling sensitive terhadap perubahan suku bunga," terangnya.

Pandhu memperkirakan saham PWON akan bergerak sideways pada range support sekitar Rp 400 - Rp 420, sedangkan resistance pada Rp 470 - Rp 500. Menurutnya, kemungkinan saham PWON lebih cocok untuk trading jangka pendek terlebih dulu, sambil menunggu momen yang tepat.

Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo melihat saham PWON berpotensi sedang berada pada fase koreksi wajarnya. Dia menyarankan pelaku pasar dapat melakukan buy on weakness sambil memperhatikan support di level Rp 420, dengan target harga di Rp 486 dan Rp 500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×