Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah rata-rata kinerja reksadana saham berada di bawah kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG), produk reksadana dari Henan Putihrai Asset Management (HPAM) yang bertajuk HPAM Smart Beta Ekuitas berhasil berkinerja lebih tinggi dari IHSG.
Berdasarkan data Infovesta Utama selama kuartal I 2019, reksadana HPAM Smart Beta Ekuitas berhasil torehkan kinerja sebesar 8,6%. Kinerja tersebut lebih tinggi dari rata-rata kinerja reksadana saham yang sebesar 1,43% dan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tumbuh 4,43%.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan kinerja reksadananya bisa lebih baik dari kinerja IHSG karena disokong dari kinerja saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang mendapat sentimen positif dari turunnya harga minyak sejak Oktober tahun lalu.
Selain itu, PT Surya Semesta Internusa (SSIA) juga Reza amati mendapat sentimen positif sejak nilai tukar rupiah terhadap dollar As menguat dari Rp 15.200 per dollar AS menjadi Rp 13.800 per dollar AS hingga Rp 14.200 per dollar AS.
Reza menjelaskan melakukan strategi memilih aset saham yakni dengan membandingkan sektor fundamental terhadap emiten peers to peers dan juga industri.
"Pertimbangan harga saham sudah under value atau belum, seperti apa sentimen global dan lokal yang mempengaruhi juga turut diperhitungkan," kata Reza, Senin (1/4).
Mayoritas, Reza mengatakan saham yang dipilih oleh reksadana ini jatuh pada saham blue chip dan sektor second liner.
Ke depan Reza optimistis sektor trade and service, basic industry, dan properti akan melaju cukup tinggi kinerjanya karena memiliki harga under value.
Alasan Reza memilih sektor tersebut karena Bank Indonesia berkemungkinan akan menurunkan tingkat suku bunga acuan lantaran dipicu stabilisasi rupiah dan rendahnya inflasi Indonesia yang di bawah 4%.
Selain itu, harga minyak yang cenderung di bawah US$ 60 per barel juga akan mendongkrak saham-saham yang Reza pilih dan juga berpengaruh positif pada current account deficit (CAD) dan neraca perdagangan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News