Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada kuartal-I lalu terbilang negatif, sebab laba bersih emiten yang memiliki kode saham CPIN ini merosot 18,5% yoy. Anggota indeks Kompas100 ini mengalami kerugian operasional dari segmen ayam broiler dan turunya peforma pakan ternak.
Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan harga ayam broiler turun membuat laba bersih merosot. Karenanya harga broiler memang fluktuatif sesuai siklus musiman dari konsumsi ayam nasional.
Bahkan dia bilang kemungkinan pada tahun ini, harga broiler tidak terlalu baik. Meski ada potensi dalam jangka menengah harga broiler akan kembali naik seiring konsumsi nasional yang juga meningkat.
Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengatakan, harga broiler tahun ini akan redup sehingga secara penjualan masih lemah. “Terbukti saat ini harga broiler di Jawa Tengah berada di level rendah yakni Rp 8.500 per kilogram,” kata Michael kepada Kontan, Rabu (19/6).
Guna berbenah diri, CPIN mengalokasikan capital expendecture (capex) alias belanja modal sebesar Rp 2,5 triliun di tahun 2019 ini. Sekitar 50% atau Rp 1,25 triliun dipergunakan untuk pembangunan fasilitas produksi pakan berupa pabrik yang sebetulnya sudah mulai dikerjakan sejak tahun lalu dan diperkirakan akan selesai di kuartal III tahun ini dan sudah mulai beroperasi di Semarang dan Padang.
Dengan adanya pabrik baru ini maka kapasitas produksi pakan ternak CPIN akan naik menjadi 6,5 juta ton - 7 juta ton per tahun dari sebelumnya hanya 5,5 juta ton per tahun. Kemudian, alokasi capex lain yakni sekitar 25% sekitar Rp 600 miliar digunakan untuk budidaya perunggasan. Sisanya untuk bisnis divisi makanan.
Menurut Yosua penganggaran capex tersebut baik, dikarenakan hampir setengah pendapatan CPIN berasal dari divisi pakan, sehingga dengan naiknya kapasitas produksi membuat pendapatan juga meningkat.
Michael menambahkan dengan ekspansi yang dilakukan CPIN tahun ini tak menuntut kemungkinan volume penjualan CPIN bisa tumbuh 10% di banding tahun lalu.
Selain itu capex juga buat budidaya perunggasan untuk mengembangkan broiler. Yosua memandang industri poultry cukup unik, di mana setiap lini bisnis berpengaruh. Sehingga capex tidak bisa hanya untuk divisi pakan saja. “Capex untuk pengembangan broiler akan menopang permintaan dari divisi pakan Perseroan,” kata Yosua.
Prospek kinerja selanjutnya bakal mencermati kinerja CPIN pada kuartal-II yang sepertinya akan membaik dibanding kuartal I 2019. Karena bulan lalu indeks konsumsi meningkat saat Ramadan dan Idul Fitri. Namun, jika dibanding kuartal I tahun lalu belum tentu.
Yosua menilai secara umum pada Ramadan tahun ini harga broiler mengalami kenaikan yang rendah, harga produsen hanya mencapai Rp 18.000-Rp 19.000 per kilogram, masih jauh di bawah bulan Ramadan 2018 yang mencapai Rp 21.000 per kilogram.
Penyebab utamanya adalah Ramadan tahun ini bertepatan dengan momen pembayaran uang sekolah. “Masyarakat tidak terlalu banyak membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan konsumsi,” tutur Yosua.
Akan tetapi, bisnis ayam usia sehari atau day old chick (DOC) terbilang masih mulus. Secara harga DOC terbilang kuat dipengaruhi permintaan ayam broiler yang lebih tinggi apalagi menjelang akhir tahun.
Analis Kresna Sekuritas, Timothy Gracianov mengatakan, pertumbuhan DOC tetap kuat karena average selling price (ASP) DOC tercatat di atas Rp 6.000 per burung sampai sekarang, dengan 12,9% kontribusi terhadap penjualan bersih tahun lalu.
Namun, sumbangsih DOC terhadap pendapatan CPIN masih rendah, Yosua menilai terlebih, DOC rentan terkena intervensi pemerintah untuk pengurangan produksi jika harga broiler sedang jatuh. Michael bilang, kemungkinan supply DOC naik 11% sampai akhir tahun 2019. Tetapi secara demand masih rending ketimbang supply.
Dalam segi sektor poulty memang CPIN masih unggul utamanya dari segi volume. Di mana untuk bisnis pakan CPIN menguasai 31% pangsa pasar, sedangkan untuk DOC menguasai 41% pangsa pasar.
Sementara untuk bisnis makanan olahan masih belum banyak berkontribusi. Karena pada dasarnya jumlah konsumsi domestik lebih banyak mengonsumsi ayam segar dibanding olahan. Tetapi, Michael bilang secara pendapatan makanan olahan tetap positif.
Di sisi lain, CPIN masih menghadapi rintangan tahun ini. Sebab harga bahan baku dan ketersediaan jagung menjadi tantangan utama, serta potensi masuknya impor ayam dari Brazil masih jadi ancaman.
Harga jagung global meningkat tajam, tapi di Indonesia, karena larangan impor sehingga tidak terpengaruh dengan harga global. Namun dikarenakan jagung nasional cukup terbatas, maka harga jagung sepanjang tahun ini diprediksi Yosua tetap tinggi dikisaran Rp 4.500-Rp 5.500 per kilogram.
Yosua menegaskan, problem utama bukanlah harga jagung, namun ketersediaannya, dikarenakan terbatasnya produksi serta impor masih dibatasi sehingga menyulitkan bagi para produsen untuk mendapatkan bahan baku.
Thimoty dalam risetnya 3 Mei 2019 masih optimis dengan skenario ke depan bila panen raya jagung ke depan baik, kemungkinan ASP broiler bisa membaik. Adapun menurut Yosua harga broiler tahun ini terbentang di kisaran Rp 15.500-Rp 17.500 per kilogram.
Yosua memprediksi sampai dengan akhir tahun Charoen Pokphand masih bisa menggeliat secara pendapatan dengan sumbangsih utama tetap dari pakan ternak. Adapun Yosua meramal secara pendapatan CPIN masih dapat bertumbuh 6% sampai akhir tahun. Tetapi laba bersih akan terkoreksi 11%.
Alasan Yosua, karena saat ini harga broiler sedang jatuh, serta harga jagung yang tidak kunjung turun. Makanya dia merekomendasikan hold untuk CPIN dengan target harga Rp 4.850 sampai dengan akhir tahun. Begitu pula Michael yang merekomendasikan hold di harga Rp 4.900 sampai akhir tahun. Sejalan, Timothy juga menyarankan hold di level Rp 5.600 sampai akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News