kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip Kinerja Instrumen Investasi Sepanjang 2021


Kamis, 30 Desember 2021 / 20:46 WIB
Mengintip Kinerja Instrumen Investasi Sepanjang 2021
ILUSTRASI. Aset kripto masih jadi kelas aset yang paling dominan sepanjang tahun ini.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Sementara Reza menambahkan, prospek pemulihan ekonomi masih akan mendorong tren positif kinerja IHSG, obligasi korporasi & obligasi negara. Menurutnya, tahun 2020 merupakan fase pandemi, kemudian 2021 fase pemulihan dan dilanjutkan fase normalisasi pada pasar global dan akselerasi di tahun 2022. 

Proses akselerasi ini pada akhirnya akan menjadi katalis positif untuk instrumen saham dan pada akhirnya akan membuat saham jadi kelas aset yang unggul dibanding obligasi. Walaupun para pelaku ekonomi diharapkan akan lebih agresif untuk melakukan ekspansi dan mencari pembiayaan dengan menerbitkan obligasi korporasi,  keputusan The Fed menaikkan suku bunga acuan bisa menjadi katalis negatif untuk pasar obligasi. 

“Obligasi korporasi secara imbal hasil masih akan tetap tinggi di tahun depan, namun risikonya juga lebih tinggi dibanding obligasi negara. Pasar keuangan masih berpotensi mengalami volatilitas yang tinggi seiring dengan kebijakan tapering dan perubahan suku bunga dari the Fed maupun US Treasury,” imbuhnya.

Reza dan Wawan masing-masing memproyeksikan IHSG pada tahun depan bisa mencapai level 7.300 dan 7.500.

Baca Juga: Berikut Jawara Indeks Sektoral BEI Sepanjang 2021

Mempertimbangkan hal tersebut, Reza menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum diversifikasi guna memaksimalkan investasi pada tahun mendatang. Dengan laju pertumbuhan kredit yang masih relatif rendah dan imbal hasil obligasi yg menarik, momentum ini bisa dimanfaatkan para investor untuk masuk pada reksadana yang memiliki unsur obligasi.

Lalu, ketika momentum kenaikan suku bunga dan tapering dari The Fed, investor bisa memanfaatkannya untuk masuk pada produk reksadana pasar uang. Namun setelah ekonomi berangsur pulih, investor bisa langsung memanfaatkan momentum untuk masuk pada reksadana saham.

Secara persentase, Reza menyarankan investor mengatur portofolionya di saham 50%, lalu 20% di obligasi dan 30% di pasar uang. Sedangkan Wawan, menyarankan untuk menggunakan format 40-30-30 dengan porsi terbesar sesuai profil risiko ataupun momentum yang ada di pasar. 

Baca Juga: Simak Prospek Pergerakan Harga Logam Mulia pada Tahun Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×