Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Blue Bird Tbk mulai merambah bisnis logistik sejak beberapa bulan lalu. Diversifikasi usaha ini dilakukan sebagai upaya Blue Bird tetap bertahan menghadapi kondisi pasar yang terdampak pandemi Covid-19.
"Kami melihat kesempatan pasar yang cukup besar di segmen ini dan kami menggunakan armada taksi existing untuk mengantarkan logistik, memanfaatkan waktu-waktu di mana taksi under utilized," jelas Investor Relation Blue Bird Michael Tene kepada Kontan.co.id, Rabu (19/8).
Selain ada peluang, diversifikasi usaha ini juga mempertimbangkan kualitas pelayanan driver dan kekuatan armada yang dimilikinya. Asal tahu saja, emiten berkode BIRD itu mulai masuk ke bisnis logistik Business to Business (B2B) maupun retail. Adapun terkait bisnis logistik retail, BIRD memanfaatkan fitur Bird Kirim yang ada di aplikasi MyBlueBird.
Baca Juga: Hasil RUPST, Bluebird tunjuk Eko Yuliantoro sebagai direktur keuangan yang baru
Sekadar informasi, akibat pandemi Covid-19 kinerja BIRD memang tertekan. Mengutip dari laporan keuangan di semester I 2020, segmen taksi yang biasanya menjadi penopang pendapatan menurun signifikan hingga 43,11% year on year (YoY) menjadi Rp 864,76 miliar. Sebelumnya, segmen taksi bisa mencapai hingga Rp 1,52 triliun.
Di sisi lain, segmen non-taksi juga menurun hingga 24,18% YoY menjadi Rp 289,45 miliar dari sebelumnya Rp 500,58 miliar. Melihat kinerja BIRD yang tertekan, Micahel menjelaskan bahwa prioritas BIRD selama pandemi Covid-19 ini adalah memastikan cash reverse yang kuat.
Oleh karenanya, pada tahun ini BIRD memutuskan tidak akan membagikan dividen dari laba bersih yang berhasil dikantongi sepanjang tahun 2019. Keputusan ini telah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan (RUPST) yang digelar Rabu (19/8). "Selain itu, syarat dalam menerima relaksasi pinjaman dari kreditur bank adalah tidak diperkenankan membagi dividen," imbuhnya.
Padahal mengutip data dari RTI Business, pada tahun-tahun sebelumnya BIRD tidak pernah absen membagikan dividen. Atas laba bersih tahun 2018, dividend payout ratio (DPR) BIRD mencapai 39,89%, setiap saham menerima dividen hingga Rp 73. Sementara DPR dari laba tahun 2017 mencapai 30%, setiap pemegang saham mengantongi dividend Rp 51.
Baca Juga: Kinerja Blue Bird berangsur pulih pada semester kedua
Oleh karena prioritas BIRD menjaga kas agar tetap kuat, pengadaan kendaraan listrik sebagai armada baru BIRD juga terpaksa ditunda. Di awal tahun, BIRD sempat berencana mendatangkan 200 unit taksi listrik. Adapun penambahan armada lainnya pun juga ditunda.
Ke depannya, di tengah mobilitas masyarakat yang mulai meningkat dibanding ketika masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), BIRD memastikan pelayanannya sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat. "Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penumpang, dan memastikan armada kami selalu hadir dan siap untuk melayani," tutup Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News