kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menghadapi kenaikan cukai, begini rekomendasi saham rokok


Jumat, 22 Januari 2021 / 08:25 WIB
Menghadapi kenaikan cukai, begini rekomendasi saham rokok


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten rokok masih menghadapi tekanan berat pada tahun 2021. Pemerintah bakal menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 12,5% pada Februari 2021 mendatang. Selain itu, emiten rokok juga menghadapi penurunan daya beli yang berlanjut di tengah pandemi.

Harga saham emiten rokok pun masih tertekan di awal tahun ini. Harga aham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) terkoreksi 0,88% ke harga Rp 560 per saham pada perdagangan Kamis (21/1). Harga saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) juga melemah 0,57% ke harga Rp 348 per saham.

Sedangkan saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terpantau stagnan di harga Rp 41.075 per saham, secara year to date harga saham GGRM sudah minus 22,65%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga diam di harga Rp 1.480 per saham dan melemah 29,52% ytd.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, kenaikan tarif cukai rokok sebesar 12,5% pada Februari 2021 mendatang menjadi sentimen negatif untuk sektor ini. Menurut Sukarno, kenaikan harga rokok dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.

Baca Juga: Pemerintah diminta segera rampungkan regulasi produk hasil olahan tembakau lainnya

Apalagi, kondisi saat ini masih banyak orang yang belum mendapatkan pekerjaan baru akibat pendemi. Tak hanya itu, upaya menjaga kesehatan bisa jadi pertimbangan, yang mana dapat mengakibatkan kinerja emiten rokok ini berpotensi turun pada tahun ini.

Dengan demikian, dia melihat prospek untuk harga saham emiten rokok diprediksikan akan melanjutkan penurunan dulu sampai dinilai murah kembali sesuai kinerjanya yang akan terjadi nanti. “Untuk peluang naik dari harga sekarang sepertinya akan berat, meskipun potensi kenaikan tetap ada secara faktor teknikal,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (21/1).

Sukarno menambahkan, apabila program vaksinasi berhasil dan berjalan dengan lancar bisa menjadi katalis positif untuk sektor emiten rokok. Yang mana nantinya lapangan pekerjaan bisa tercipta lagi dan konsumsi masyarakat bisa pulih kembali.

Guna mengungkit kinerja emiten rokok, dia menilai perusahaan bisa meningkatkan volume atau dengan menaikkan harga. “Karena kondisi masih pendemi, lebih memungkinkan ke efisiensi untuk menekan penurunan yang lebih dalam,” tambah Sukarno.

Baca Juga: Indeks LQ45 menguat 8,55% sejak awal tahun, saham-saham ini masih jadi pemberat

Dari jajaran saham emiten rokok, Sukarno melihat saham WIIM dan GGRM terbilang menarik karena valuasinya lebih rendah dibandingkan HMSP. WIIM memiliki PE 8,11 kali dengan PBV 1,05 kali dan GGRM PE 10,50 kali dengan PBV 1,40 kali, sedangkan HMSP PE 18,68 kali dan PBV 6,01 kali.

Dia merekomendasikan wait and see untuk saham-saham tersebut karena belum ada sinyal yang jelas dan pergerakannya sedang konsolidasi. “GGRM dan HMSP konsolidasi cenderung tren turun. Jadi kalau breakdown support, bisa turun cari support baru,” kata Sukarno.

CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, emiten rokok sudah memiliki pasar tersendiri. Tapi, “Kinerja belum dapat mencapai kondisi yang signifikan pada 2021,” ungkap William, Kamis (21/1).

Dia menambahkan, penurunan harga saham emiten rokok menjadi kesempatan untuk investor jangka panjang. William memprediksi saham-saham emiten rokok berpotensi kembali menguat di paruh kedua tahun ini atau dalam jangka panjang.

Baca Juga: Grup Djarum Tersundut Kasus di AS

Dia menilai saham GGRM dan HMSP terbilang menarik. Sementara untuk WIIM dan RMBA kurang likuid. William memberikan rekomendasi buy on weakness saham GGRM dan HMSP.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga melihat, saham-saham emiten rokok akan bergerak konsolidasi jelang naiknya harga cukai rokok. Nafan merekomendasikan pelaku pasar untuk akumulasi beli saham GGRM dengan target harga Rp 41.675 dan beli saham HMSP dengan target harga Rp 1.510 per saham.

Dia juga merekomendasikan investor untuk hold saham RMBA dengan target harga Rp 388 dan hold saham WIIM dengan target harga Rp 585. “Prospek sektor ini masih ada peluang untuk recovery sejalan dengan adanya pemulihan ekonomi, adanya bansos, dan pemulihan daya beli masyarakat,” pungkas dia.

Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) membidik porsi penjualan 10% dari pasar ekspor baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×