kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menggali laba hasil akuisisi tambang INDY


Kamis, 10 Januari 2013 / 06:39 WIB
Menggali laba hasil akuisisi tambang INDY
ILUSTRASI. Drama Korea terbaru Mount Jiri dari penulis serial Kingdom Netflix merilis trailer terbarunya


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Akuisisi yang dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) di 2012 segera membuahkan hasil. Ada dua perusahaan yang telah mereka akuisisi yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MTU) dan PT Mitra Energi Agung (MEA). Indika memiliki saham MTU sebanyak 85%, sementara di MEA, Indika memegang sebesar 60%.

Para analis melihat, aksi ini akan berbuah manis pada kinerja emiten. Analis Credit Suisse, Ami Tantri dalam risetnya menyebut, MTU merupakan pemilik konsesi pertambangan batubara seluas 25.000 ha di Kalimantan Tengah. Proyeksi produksi MTU sekitar 1 juta - 2 juta ton produksi per tahun.

Sementara, produksi Indika di 2012 sebanyak 36 juta ton per tahun.
Kualitas batubara MTU juga bermutu tinggi dengan nilai kalori sekitar 6.500-7.200 kkal per kg. MTU mempunyai fasilitas dan infrastruktur mengangkut hasil tambang.

Lain dengan MEA, perusahaan yang menguasai area tambang seluas 5.000 ha di Kalimantan Timur ini mempunyai kualitas batubara rendah, 3.750-4.000 kkal. Cadangan batubara MEA sebanyak 40 juta ton. INDY belum memastikan tambang MEA mulai menghasilkan. "Tambang ini punya kelebihan dekat dengan pelabuhan sehingga biaya angkut murah," ujar Ami.

Meski produksi batubara INDY bertumbuh, pendapatan mereka masih akan terganggu akibat melemahnya harga batubara. Analis Trimegah Securities, Frederick Daniel Tanggela, bilang, penyebabnya adalah menurunnya kontribusi anak usaha INDY, PT Kideco Jaya Agung dan PT Santan Batubara.

Kedua perusahaan itu menyumbang seluruh penjualan perusahaan di 2012. Frederick menduga, harga jual rata-rata Kideco dan Santan batubara merosot di 2013.

Karena itu, ia memprediksi, laba bersih INDY di 2013 akan turun 10%. Dia menghitung, laba bersih INDY di 2012 sebesar US$ 100 juta, sedangkan di 2013 hanya Rp US$ 90 juta. "Pengaruh perlambatan ekonomi global akan membuat harga batubara rendah. Jadi, meski produksi naik margin justru menurun," tutur dia.

Rekomendasi beli

Ami menimpali, Kideco adalah produsen batubara yang memiliki infrastruktur terbaik sehingga produksi batubara tidak terpengaruh meski cuaca buruk. Dus, ia pun memperkirakan, pendapatan INDY akan meningkat 26,9% menjadi US$ 970 juta di 2013. Laba bersih INDY juga akan naik 17,4% menjadi US$ 158 juta.

Analis CIMB Securities, Erindra Krisnawan, pun sepakat Kideco masih berkontribusi besar pada pendapatan INDY di tahun ini.
Ketiga analis itu sepakat mempertahankan rekomendasi beli bagi saham INDY. Meski harga batubara turun, INDY masih mampu mempertahankan pertumbuhan produksi. Akibatnya, pendapatan mereka tetap bertumbuh. Jika harga batubara kembali membaik di tahun ini, pendapatan dan laba bersih INDY berpotensi untuk melejit.

Frederick memberi target harga saham INDY di Rp 1.700 dengan price earning ratio (PER) 10 kali di 2013, lebih rendah dibanding PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 13 kali. Sementara Ami mematok target harga di Rp 2.800 dengan PER 9 kali. Sementara, Erindra memasang target Rp 2.050 dengan PER tahun ini sebesar 10,3 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×