Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Guna menunjang imbal hasil (return), manajer investasi kerap memarkirkan dana pada saham-saham berkapitalisasi besar alias big cap.
Begitu pula strategi yang diterapkan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dalam mengelola reksadana saham Manulife Dana Saham alias MDS.
Putut Endro Andanawarih, Director of Business MAMI menjelaskan, produk MDS memang dirancang untuk fokus pada saham-saham big cap. Sehingga selain menawarkan imbal hasil menarik, risiko reksadana saham ini juga tinggi.
"Saham big cap sekitar 63%, yg mid cap 22%, small cap 10%, sisanya cash," imbuhnya. Untuk MDS, perusahaan fokus pada sektor saham konstruksi, belanja infrastruktur, keuangan, consumer staples dan consumer discretionary.
Mengacu fund fact sheet per Juli 2016, mayoritas aset MDS dialokasikan pada efek saham yakni 97,09%. Sisanya berupa instrumen pasar uang 2,91%. Perusahaan memang leluasa menempatkan dana pada efek saham 80% - 100%, efek obligasi 0% - 20%, serta pasar uang 0% - 20%.
Secara year to date per 2 September 2016, MDS mengukir return 15,8%, di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 16,56% periode sama. Pasar saham domestik memang tertekan akibat peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang sempat menguat dua pekan lalu.
Namun, Putut optimistis hingga akhir tahun 2016, performa MDS dapat mengungguli IHSG. Sebab, dalam meracik MDS, perusahaan mengombinasikan antara dua strategi. Yakni pendepatan top down dan bottom up.
"Tiap saham dicari bobot yang paling baik. Kami juga bisa memanfaatkan sentimen positif perbaikan ekonomi," jelasnya. Katalis positif akan bersumber dari masuknya aliran dana repatriasi kebijakan pengampunan pajak alias tax amnesty. MAMI menduga, pada akhir tahun 2016, IHSG dapat bertengger di level 5.500.
Per 2 September 2016, MDS telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 11.952,92. Per Juli 2016, produk reksadana saham tersebut sudah mengantongi dana kelolaan sebesar Rp 1,01 triliun.
Nah, investor yang berminat mengoleksi reksadana ini dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 100 ribu. Pembelian selanjutnya juga minimum Rp 100 ribu. Perusahaan mengutip biaya jasa pengelolaan maksimal 2,5% per tahun. MDS yang mulai ditawarkan sejak 1 Agustus 2003 ini menggunakan bank kustodian Deutsche Bank.
Senior research analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo berpendapat, performa MDS terbeban oleh kinerja saham BBRI, TLKM dan UNVR. Laju ketiga efek saham ini memang agak terhambat sepanjang Agustus 2016. "Makanya kinerja produk ini tipis di bawah IHSG," tuturnya.
Beben memproyeksikan, sepanjang tahun 2016, rata-rata return reksadana saham akan berkisar 16% - 20%. Sementara performa MDS dengan menggunakan beta 1,06 akan mencapai 17% - 21%.
Menurut Beben, meskipun mulai terbatas, pasar saham domestik masih berpotensi menanjak. Amunisi bersumber dari harapan realisasi pembangunan infrastruktur jelang akhir tahun. Konsumsi dalam negeri juga berpeluang terangkat jelang Natal dan Tahun Baru.
"Sehingga dapat membantu kondisi ekonomi sesuai sasaran sebesar 5,2%," tukasnya. Namun, ada tantangan yang patut dicermati. Yakni rencana kenaikan suku bunga The Fed serta hasil kebijakan tax amnesty.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News