kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Outlook Komoditas Energi di Sisa Tahun Ini


Minggu, 14 Agustus 2022 / 12:16 WIB
Meneropong Outlook Komoditas Energi di Sisa Tahun Ini
ILUSTRASI. Pekerja melintas berada di atas kapal tongkang pengangkut batubara saat melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia yang semula konsisten berada di atas U$ 100 per barel, kini sudah mulai kehilangan pijakannya. Pada Jumat (12/8), harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman September ditutup melemah 2,38% ke US$ 92,09 per barel. 

Adapun, harga minyak sepanjang bulan Agustus ini sudah terkoreksi hingga 9,61% dari posisi akhir Juli yang masih di level US$ 101,88 per barel.

Nasib sebaliknya justru dialami komoditas energi lainnya, yakni gas alam. Pada perdagangan Jumat, harga gas alam ditutup di level US$ 8,77 per mmbtu. Padahal, pada periode Juli, harga gas alam masih bergerak di kisaran US$ 5,5 - US$ 7,5 per mmbtu.

Baca Juga: Bahlil Beri Sinyal Harga BBM Akan Naik, Begini Jawaban Sri Mulyani

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengungkapkan, penurunan harga minyak disebabkan oleh pelemahan permintaan. Hal ini terindikasi dari naiknya data cadangan minyak Amerika Serikat  permintaan terhadap minyak pun turun. Di saat bersamaan, OPEC+ juga akan menaikkan target produksi minyaknya sebesar 100.000 bph yang membuat pasokan semakin bertambah. 

Dia menambahkan, pendorong terbesar koreksi minyak adalah investor yang mulai mencemaskan kemungkinan resesi yang pada akhirnya semakin menurunkan permintaan minyak ke depan. Apalagi, China juga masih melakukan lockdown akibat naiknya kasus Covid-19.

Sementara untuk gas alam, saat ini justru tengah terjadi ketatnya pasokan gas alam terutama di negara-negara Eropa. Terlebih sejak perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, saat ini hanya menyuplai sekitar 20% dari total kapasitas pasokan normalnya. Ketatnya pasokan yang dibarengi masih tingginya permintaan jadi pemicu naiknya harga gas alam. 

“Di sisi lain, kemungkinan beralih ke sumber energi pengganti seperti batubara juga terkendala, karena adanya krisis listrik di beberapa negara produsen utama beberapa waktu lalu. Alhasil, harga gas alam pun menjadi semakin terdorong naik,” ujar Wahyu ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (12/7).

Baca Juga: Warren Buffett Tingkatkan Investasinya di Saham Sektor Energi

Research and Development ICDX Girta Yoga meyakini, harga gas alam masih berpotensi untuk bertahan pada tren bullish. Hal ini mempertimbangkan situasi pasokan yang saat ini sedang ketat. Bahkan, bukan tidak mungkin situasinya akan semakin memburuk ketika memasuki musim dingin nanti, di mana permintaan akan bahan bakar pemanas biasanya ikut melonjak.

Sementara untuk minyak mentah, menurutnya, potensi harga untuk kembali bullish masih cukup kuat. Pasalnya, OPEC dan sekutunya belum menunjukkan sinyal untuk menambah lebih banyak pasokan ke pasar. Dalam pertemuan bulan Agustus, OPEC+ pun hanya sepakat untuk menambah pasokan sebesar 100.000 bph atau peningkatan terkecil dalam sejarah OPEC. 

“Meski demikian, untuk tren bullish harga minyak mentah ini kemungkinan akan sedikit tertahan oleh sentimen dari lonjakan Covid yang kembali meningkat serta potensi perang tarif baru antara AS dan China,” imbuh Yoga.

Baca Juga: Harga Jual Melandai, Ini Rekomendasi Saham Batubara

Komoditas energi lainnya, yakni batubara juga dinilai masih ada potensi untuk bullish. Menurut Yoga, pasca Uni Eropa menyetop impor batubara sepenuhnya dari Rusia, maka akan ada kenaikan permintaan terhadap batubara sebagai pengganti gas alam. Selain itu, adanya peningkatan impor oleh India karena penggunaan listrik yang meningkat juga bisa jadi katalis positif.

Yoga memperkirakan, harga batubara hingga akhir tahun nanti berada di rentang US$ 350 per ton-US$ 450 per ton. Sementara untuk gas alam dan minyak dunia masing-masing di kisaran US$ 6 per mmbtu-US$ 10 per mmbtu dan US$ 80 per barel-US$ 110 per barel.

Sedangkan Wahyu memproyeksikan, harga batubara akan berada di kisaran US$ 200 per ton-US$ 430 per ton, dengan frequently area di US$ 100 per ton. Lalu, untuk harga gas alam di rentang US$ 5 per mmbtu-US$ 10 per mmbtu, dengan frequently area di US$ 6 per mmbtu. Sedangkan minyak dunia ada di US$ 80 per barel-US$ 115 per barel dengan frequently area di US$ 100 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×