Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Penurunan penjualan semen ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, perubahan perilaku belanja. Kedua, Semen Grobogan mulai beroperasi pada awal 2022, dimana perusahaan ini memproduksi sekitar 1,5% dari volume semen dalam negeri. Ketiga, harga bahan bakar yang lebih tinggi. Keempat, kenaikan inflasi.
Oleh karena itu, CGS-CIMB Sekuritas memangkas estimasi pertumbuhan volume penjualan semen domestik pada tahun ini sampai dengan 2024, menjadi sebesar 2,3% sampai dengan 3,2%, dari sebelumnya 2,4% sampai 3,9%.
“Kami mempertahankan rating overweight di sektor semen, karena kami berekspektasi adanya pertumbuhan laba bersih yang kuat di 2023-2025,” tulis Bob dan Genie dalam riset, Rabu (22/11).
Baca Juga: Aksi Rights Issue Padat Merayap, Investor Perlu Mencermati Fundamental Emiten
SMGR menjadi pilihan teratas (top picks) di sektor semen seiring valuasinya dan adanya keunggulan dari segi biaya. Kemampuan SMGR untuk mempertahankan marjin EBITDA, dan kemampuan SMGR dalam deleveraging belum sepenuhnya dievaluasi oleh pasar.
CGS-CIMB Sekuritas merekomendasikan add saham SMGR dengan target harga Rp 10.600.
Bob dan Genie memasang rekomendasi add saham INTP dengan target harga Rp 11.600.
Rekomendasi ini menimbang marjin EBITDA INTP yang diperkirakan akan pulih tahun depan seiring ASP yang lebih tinggi, alokasi domestic price obligation (DPO) batubara yang lebih baik, serta perjanjian sewa dengan Semen Bosowa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News