Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) untuk menekan tingkat utangnya dianggap sebagai langkah positif bagi kondisi keuangan ke depan. Ditambah lagi, emiten ini tengah sibuk menyiapkan pembangunan Subang City of Industry.
Analis BCA Sekuritas Indra Taurean mengungkapkan, langkah gencar emiten properti ini untuk mengurangi utangnya diyakini tidak akan mengganggu likuiditas SSIA ke depan. Ditambah lagi, posisi kas perusahaan ini dinilai masih cukup untuk menutup utang di akhir September nanti.
"Secara kas masih cukup, dilihat dari posisi kas perusahaan di kuartal II-2019. Sehingga, operasional tidak akan terpengaruh, apalagi ada secure loan dari International Finance Corporation (IFC)," kata Indra kepada Kontan.co.id, Senin (2/9).
Baca Juga: Prospek Surya Semesta Internusa (SSIA) bergantung pada Pelabuhan Patimban
Untuk jangka panjang, Indra menilai kinerja marketing sales SSIA masih sesuai jalur dan sejalan dengan target. Sehingga, dia mengaku tidak ada kekhawatiran perusahaan ini bakal gagal bayar utang.
Sebagai informasi, SSIA bakal melunasi utang obligasinya yang bakal jatuh tempo di September 2019. Utang tersebut terdiri dari utang Obligasi Berkelanjutan I SSIA Seri A senilai Rp 510 miliar yang akan jatuh tempo 22 September 2019.
Selain itu, ada juga utang obligasi untuk Seri B yang akan jatuh tempo 22 September 2021 dengan nilai emisi sebesar Rp 390 miliar. Adapun posisi kas SSIA hingga Juni 2019 yakni mencapai Rp 1,11 triliun yang artinya masih mencukupi pembayaran total utang obligasi yang mencapai Rp 900 miliar tersebut.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, kemampuan SSIA dalam melunasi utang-utangnya masih terbilang cukup. Ini terbukti dari cadangan kas perusahaan itu dan setara kas yang masih cukup hingga saat ini.
Baca Juga: Lunasi Utang Jatuh Tempo, Surya Semesta (SSIA) Bakal Tetap Ekspansif
"Akan menjadi perhatian, jika perusahaan memperoleh proyek atau kontrak kerja baru," ujar Sukarno kepada Kontan, Senin (2/9).
Apalagi, Sukarno menilai SSIA masih dihadapkan pada berbagai tantangan hingga akhir tahun, di mana akan ada beberapa alasan atau sentimen yang bisa memperlambat kinerja sektor konstruksi. Seperti target pertumbuhan sektor konstruksi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di 2020 yang turun menjadi 5,7% dari tahun sebelumnya yakni 6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News