Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) tengah bersolek menyambut tahun politik. Setelah resmi melantai di bursa jelang penutupan tahun lalu, CAMP berupaya fokus pada pengembangan bisnis.
Direktur Pemasaran CAMP Adji Andjono memaparkan, di tahun ini, pihaknya berencana meluncurkan lima hingga enam produk es krim baru. Penambahan produk diharapkan bisa semakin menarik minat konsumen.
Peluncuran produk baru juga merupakan usaha penyegaran merek perusahaan. "Karena di saat yang sama, kami juga menghentikan produksi lima sampai enam produk lama," ujar Adji kepada KONTAN, Jumat (19/1).
Saat ini, CAMP memiliki sekitar 75 hingga 80 produk. CAMP juga memegang lisensi dari Nickelodeon dan Disney untuk memproduksi es krim yang menyertakan karakter dari dua perusahaan tersebut.Misal, CAMP memiliki produk es krim batang dengan bentuk karakter kartun Ninja Turtles dan Spongebob Squarepants.
Adji bilang, lisensi yang dimiliki CAMP akan kembali dimaksimalkan pada tahun ini. Sebab, produk dengan karakter Nickelodeon dan Disney memiliki daya tarik tinggi di kalangan konsumen anak-anak.
Tahun ini, CAMP juga tengah fokus memperkuat jaringan distribusi dan penjualan, terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini dilakukan guna meningkatkan pangsa pasar perseroan ini, yang diprediksi mencapai 20% hingga 25% di seluruh Indonesia.
Sejauh ini, CAMP telah memiliki 30 distributor yang tersebar dari Sabang hingga Jayapura. Namun, Adji menganggap, CAMP masih perlu melakukan penetrasi lebih lanjut ke kota-kota kecil di Indonesia. Dengan begitu, target pertumbuhan penjualan 10% di tahun ini bisa tercapai.
Untuk ekspansi itu, CAMP telah menyiapkan belanja modal (capex) sekitar Rp 50 miliar atau lebih tinggi 10% dibandingkan capex 2017 lalu. Selain itu, CAMP juga akan memaksimalkan dana hasil IPO tahun lalu.
Dana belanja modal yang digelontorkan CAMP tidak hanya untuk kepentingan peluncuran produk baru dan perluasan jaringan. Namun, akan digunakan juga untuk penggantian sejumlah alat pendingin es krim atau freezer milik perusahaan. "Secara berkala freezer perlu diganti agar kualitas produk tetap terjaga," jelas Adji.
Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1972 ini juga mengkaji rencana penambahan kapasitas pabrik lama dan pembangunan pabrik baru di kawasan Jawa Barat. Saat ini, CAMP memiliki satu unit pabrik di Surabaya, Jawa Timur.
Namun, Adji mengaku belum menentukan kapan proyek-proyek tersebut akan dilaksanakan. "Untuk sementara ini, fokus utama kami adalah mengembangkan dan memperkuat produk," beber Adji.
Sentimen positif
Adji yakin kinerja CAMP tahun ini bakal lebih baik. Ia menargetkan bisa mengantongi pendapatan di atas Rp 1 triliun. Pasalnya ada sejumlah sentimen positif yang bakal menghampiri sektor barang konsumer.
Salah satunya adalah rencana kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 8,71% serta pelaksanaan sejumlah agenda besar, seperti pilkada dan Asian Games. Sentimen tersebut berdampak pada meningkatnya level konsumsi masyarakat. Sehingga permintaan terhadap produk es krim diyakini turut terdongkrak.
Adji juga menilai, dengan jumlah penduduk yang banyak berusia muda, Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi industri es krim. Apalagi, Indonesia termasuk negara tropis. Sehingga kebutuhan akan es krim bisa tetap stabil sepanjang tahun, lantaran tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor musim.
Adji juga meyakini kalau es krim menjadi produk lifestyle. Alhasil, produk tersebut memiliki tempat tersendiri pada masyarakat yang menyukai gaya hidup urban.
Di sisi lain, manisnya pasar es krim turut membuat persaingan semakin ketat. Apalagi, saat ini semakin banyak pemain baru yang menggarap ladang bisnis ini.
Namun, CAMP dianggap memiliki fundamental yang kuat. Selain itu, produk-produk emiten tersebut juga beragam dan menyasar ke berbagai segmen konsumen. "Kami ada es krim untuk anak-anak, juga untuk dewasa. Bahkan ada juga es krim untuk konsumen yang sedang diet," ungkap Adji.
Dengan potensi pasar Indonesia yang masih luas, CAMP belum memiliki rencana memperluas jangkauan pasarnya ke luar negeri. Adji mengatakan, ia tidak ingin CAMP terburu-buru melakukan ekspor, sementara pasar es krim di dalam negeri justru dikuasai oleh produsen lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News