Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah agenda besar yang dihelat tahun ini, seperti Pilkada dan Asian Games, bakal memoles beberapa sektor saham. Salah satunya, sektor telekomunikasi.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Josscarios Jonathan menilai, dua perhelatan itu bakal meningkatkan penggunaan produk-produk telekomunikasi. Ia memberi contoh, tingkat permintaan layanan telekomunikasi sejak pemilu presiden 2014 hingga pilkada DKI Jakarta tahun lalu, selalu tumbuh dua digit, yakni di kisaran 14%.
Melihat tren tersebut, Josscarios yakin sektor telekomunikasi bakal tumbuh positif. "Apalagi di 2019 ada pilpres. Besar kemungkinan konsumsi data semakin tumbuh," ujar dia, Jumat (19/1).
Analis Mirae Asset Sekuritas Giovanni Dustin sepakat, industri telekomunikasi cukup kondusif di tahun ini. Namun, ada sentimen yang masih menekan kinerja, seperti peraturan kewajiban registrasi kartu SIM prabayar yang akan berakhir pada 28 Februari mendatang.
Menurut Giovanni, kewajiban tersebut berpotensi mengurangi konsumen yang memiliki kebiasaan membuang kartu SIM ketika sudah kedaluwarsa dan membeli kartu perdana baru. Sehingga, penjualan kartu perdana bisa menjadi tak optimal. "Biasanya pelanggan enggan isi ulang karena terganjal harga paket yang mahal," kata dia.
Namun menurut Josscarios, kewajiban registrasi kartu SIM prabayar tak terlalu berpengaruh terhadap kinerja emiten sektor ini. Ia menilai, peraturan ini justru punya dampak baik, terutama dari sisi keamanan. Potensi penyalahgunaan kartu prabayar bisa diminimalkan. Konsumen pun masih boleh memiliki lebih dari satu nomor ponsel.
Migrasi data
Proses migrasi penggunaan layanan data internet dari 2G dan 3G menuju 4G juga turut menjadi sentimen yang membayangi kinerja sektor telekomunikasi. Josscarios mengatakan, saat ini penetrasi penggunaan layanan data internet berbasis 4G masih terpusat di pulau Jawa dan sebagian pulau Sumatra. Padahal, produk-produk ponsel pintar kini lebih condong mengakomodasi layanan 4G.
Karena itu, para pemain telekomunikasi dituntut berekspansi ke seluruh kawasan Indonesia guna meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan 4G yang dimilikinya. Apalagi, layanan 2G dan 3G dinilai kurang efisien dari segi biaya perawatan infrastruktur. "Lambat laun 2G dan 3G akan ditinggalkan karena cukup membebani keuangan," terang Josscarios.
Analis Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menambahkan, emiten telekomunikasi bahkan sudah harus fokus pada pengembangan jaringan internet berbasis 5G. Teknologi ini memang baru akan diluncurkan secara global pada 2020 mendatang.
Namun, ia berharap pemain sektor telekomunikasi sudah bergerak sejak awal. Misalnya, dengan menyiapkan infrastruktur komunikasi.
Josscarios mengatakan, pemain besar seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) memang tengah fokus pada pengembangan data internet. Di sektor ini, Josscarios menjagokan EXCL, yang mampu mencatatkan kinerja lebih unggul ketimbang kompetitornya.
Namun, Bertoni dan Giovanni memilih TLKM sebagai saham pilihan. Bertoni menilai, penambahan spektrum frekuensi 2,3 GHz menguntungkan TLKM yang hendak memperluas pangsa pasarnya di luar Pulau Jawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News