Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti dilihat sebagai salah satu sektor yang pergerakannya bergejolak di tahun 2023, terutama terkait sentimen suku bunga tinggi.
Kinerja IDX Sector Properties & Real Estate tercatat naik 1,25% secara year to date (YTD). Pergerakan kinerja indeks ini cukup volatil, bahkan sempat mencapai di bawah 1% pada akhir bulan September 2023.
Para emiten properti belum menyampaikan kinerja di kuartal III, tetapi ada beberapa kinerja emiten yang bisa menjadi catatan saat ini.
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) mencatatkan pendapatan pra penjualan alias marketing sales sekitar Rp 1 triliun hingga Agustus 2023. MTLA sendiri menargetkan marketing sales sebesar Rp 1,8 triliun di tahun 2023.
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan marketing sales sebesar Rp 5 triliun di tahun 2023. Namun, hingga semester I 2023, marketing sales SMRA masih tercatat Rp 1,6 triliun atau 32% dari total target keseluruhan.
Baca Juga: Laba Naik 70,4% di Semeter I-2023, Cek Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA)
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus mengatakan, kinerja sektor properti hingga saat ini dibayangi sentimen negatif akibat kenaikan tingkat suku bunga.
Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga acuan di 5,25% - 5,5% pada bulan September lalu. Namun, sinyal hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) ini masih tetap ada.
“Dengan era suku bunga tinggi dan belum ada tanda-tanda akan dilakukannya pemangkasan interest rates, akibatnya memberikan dampak negatif bagi pergerakan saham di sektor ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).
Baca Juga: IHSG Turun 0,17% ke 6.874 Hari Ini (5/10), SIDO, TPIA, KLBF Top Gainers LQ45
Daniel melihat, sentimen kenaikan tingkat suku bunga masih akan menjadi penggerak utama kinerja sektor properti di kuartal IV 2023.
“Menurut saya, BI dan The Fed mungkin tidak akan menaiklkan tingkat suku bunga di kuartal IV. Sehingga, jika itu terjadi, saham sektor properti bisa akan kembali melanjutkan penguatan,” paparnya.
Daniel pun merekomendasikan buy on weakness untuk BSDE dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 1.150 dan Rp 1.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News