Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) kembali mengalami penguatan pada sesi perdagangan Selasa (5/11).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun 2 basis poin (bps) menjadi 6,62%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 3bps ke level 6,70%. Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3bps menjadi 6,75%.
"Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range kami minggu ini, yaitu di kisaran 6,68%-6,96%," tulis Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset, Rabu (6/11).
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp 15,8 triliun pada Selasa (5/11). Nilai tersebut tidak banyak berubah dibandingkan dengan volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 15 triliun.
Baca Juga: Pasar Obligasi Dalam Negeri Tetap Tangguh di Tengah Ketidakpastian Global
FR0103 dan FR0101 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing-masing sebesar Rp 3,9 triliun dan Rp 1,9 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp 967,1 miliar.
Data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin mencapai Rp 16,27 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan lelang SBSN sebelumnya pada 22 Oktober 2024 yang mencapai Rp 17,47 triliun. Dari ketujuh seri yang ditawarkan, total amount awarded oleh Pemerintah sebesar Rp 10,20 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 9 triliun.
Adapun nilai tukar rupiah menguat 0,03%, bergerak dari level Rp 15.753 per dolar AS menjadi Rp 15.749 per dolar AS.
Baca Juga: Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek
Proyeksi Pasar
Amir melihat indikator global menunjukkan sentimen yang lebih positif bagi pasar obligasi, tercermin dari penurunan yield US Treasury (UST). Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 1bps menjadi 4,16% dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 5bps menjadi 4,26%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 73bps.
"Para pelaku pasar menanti hasil US Election yang telah dimulai dan FOMC Meeting yang akan segera dimulai," sebutnya.
Dari berbagai hal tersebut, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah.
"Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0040, FR0086, FR0071, FR0087, FR0075, FR0098," tutup Amir.
Tonton: Ini Kata Pengamat Soal Penurunan Investasi Dana Pensiun di Saham & Obligasi Korporasi
Selanjutnya: Kompak di Asia, Kurs Rupiah Melemah ke Rp 15.828 Per Dolar AS, Rabu (6/11) Pagi
Menarik Dibaca: Promo Tomoro Coffee Hari Ini 6 November 2024, Kopi Regular Size Rp 9.900
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News