Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
Sebagai informasi, Departemen Perdagangan AS melaporkan data perumahan Negeri Paman Sam tersebut naik 16,9% secara tahunan, disesuaikan secara musiman 1,61 juta unit pada Desember 2019.
Capaian tersebut jauh di atas perkiraan ekonom yang hanya 1,38 juta. Bahkan, kenaikan data properti AS sekaligus jadi yang terbesar dalam 13 tahun, dan dampaknya sukses menguatkan indeks dollar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama atau naik 0,33% menjadi 97,64.
Baca Juga: Konflik AS-Iran mereda, EUR/JPY tren bullish
Sementara itu, optimisme meningkat dari indeks ekuitas utama Eropa yang menambahkan antara 0,65% dan 1%, diikuti yield obligasi Treasury AS 10-tahun yang ditutup naik 1,35%, yang membuat dollar AS kian bertenaga.
Di sisi lain Data dari Bank of Japan (BOJ) yang menunjukkan bahwa harga produsen Jepang turun 0,1% pada Desember 2019, sejalan dengan harapan atau melambat dari 0,2% pada November 2019. Dengan begitu, data tersebut memberikan sentimen negatif pada JPY dan menjadikan harga untuk berkonsolidasi.
Selanjutnya, Agus menilai pelaku pasar akan fokus pada pertemuan kebijakan moneter BOJ pada Selasa (21/01). Itu sekaligus menjadi petunjuk arah pergerakan pasangan kurs selanjutnya.
Baca Juga: Yen menyentuh level tertinggi tiga bulan di tengah eskalasi tensi Timur Tengah
"Harapannya tidak akan terjadi perubahan besar dalam waktu dekat, dimana BOJK bakal tetap mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya stabil di -0,10% sehingga mampu menjaga ekonomi Jepang stabil," jelas Agus kepada Kontan Sabtu (18/1).