kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menangkap peluang dari trading valas


Jumat, 10 Oktober 2014 / 07:33 WIB
Menangkap peluang dari trading valas
ILUSTRASI. 5 Cara Merawat Mobil atau Motor Setelah Dipakai Mudik Lebaran. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.


Reporter: Dina Farisah, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Profesi jual beli valuta asing (trading valas) mungkin belum banyak digeluti masyarakat Indonesia. Padahal, tidak sedikit pelaku (trader) yang mendulang keuntungan besar dari kegiatan ini. Lalu, bagaimana membaca peluang dari trading valas?

KONTAN memiliki kesempatan emas untuk berbincang dengan Mario Sant Singh. Singh merupakan trader valas ternama dari FX1 Academy, lembaga pelatihan valas di Singapura. Saat ini, Singh menjabat sebagai founder sekaligus CEO FX1 Academy.

Selama lebih dari sepuluh tahun, pengalaman telah mengantarkannya pada posisi saat ini. Menurutnya, peluang trading valas sangatlah besar.

Survei Bank for International Settlements (BIS) per April 2010 menyebutkan, perputaran harian valas di dunia mencapai US$  4 triliun. Dalam kurun waktu setahun, perputaran valas meningkat menjadi US$ 4,7 triliun per Oktober 2011.
Bahkan, survei terakhir pada April 2013 menunjukkan, kenaikan transaksi menjadi lebih dari US$ 5 triliun per hari. Sungguh menakjubkan. “Terdapat delapan mata uang utama yang paling umum diperdagangkan, meliputi USD, EUR, GBP, AUD, JPY, CHF, CAD dan NZD,” ujar Singh, Rabu (8/10).

Peluang valas dapat diketahui dari sisi fundamental. Dollar AS (USD) merupakan mata uang yang paling prospektif. Ada dua alasan utama yang menopang penguatan dollar. Pertama, rencana Bank Sentral AS (The Fed) mengakhiri program stimulus moneter atau quantitative easing (QE) pada akhir bulan ini. Kedua, rencana The Fed menaikkan suku bunga tahun depan. “Dollar AS akan kuat terhadap mata uang lain,” kata Singh.

Untuk mata uang lain, penulis buku 17 Currency Trading Strategies ini mengatakan, mata uang euro diperkirakan masih melemah hingga enam bulan mendatang. Sebab, perekonomian Eropa sedang tidak menentu. Terakhir, Bank Central Eropa (ECB) memangkas suku bunga menjadi 0,05%.

Sedangkan GBP diprediksi masih menguat mengingat perekonomian Inggris cukup baik. Prospek mata uang ini berada di nomor urut kedua setelah dollar AS. Sementara mata uang JPY dan AUD masih tetap lemah.

Untuk mata uang regional, Singh menyebutkan, SGD merupakan mata uang yang paling kuat dan menjanjikan. Hal ini dapat tercermin dari relatif stabilnya perekonomian Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×