Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Valdy memprediksi dampak bagi IHSG akan terasa ketika emiten di sektor energi ramai merilis laporan keuangan. Kinerja emiten sektor energi ditaksir akan tumbuh signifikan. Mengingat penurunan harga komoditas, khususnya batubara baru terjadi di Desember 2022 hingga awal tahun ini.
Nico menambahkan, titik balik bagi penguatan IHSG akan terjadi ketika mayoritas emiten bigcaps dan high devidend merilis laporan keuangan dengan hasil memuaskan.
"Mayoritasnya belum merilis, maka efek musim laporan keuangan masih belum terasa untuk IHSG hingga saat ini," terangnya.
Prediksi Nico, musim laporan keuangan akan bergulir dalam sebulan ke depan, dari pertengahan Februari hingga Maret. Dalam momentum tersebut, IHSG berpotensi kembali menyentuh level 7.000, dengan tetap memperhatikan rilis data ekonomi dan kebijakan bank sentral.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing pada Perdagangan Jumat (10/2)
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menimpali, pelaku pasar saat ini masih bersikap wait and see terhadap rilis kinerja emiten sepanjang 2022. Hal ini membuat IHSG cenderung bergerak konsolidasi.
Praska menaksir, puncak musim laporan keuangan akan ada di bulan April, menyambung dengan rilis kinerja emiten kuartal pertama 2023. Hanya saja, investor sudah mengantisipasi mulai Februari sampai bulan Maret.
Analisa Praska, pada momentum tersebut IHSG akan fluktuatif dengan rentang terendah di level 6.550 dan puncaknya di 7.100-an. Setelah musim rilis kinerja emiten, baru IHSG akan mulai konsolidasi ke tren bullish.
Prediksi Praska, puncak IHSG bisa menyentuh level 7.300-an pada semester kedua. "Karena menjelang tahun Pemilu 2024 ekspektasi atas kebijakan moneter lebih longgar, pasca tren laju inflasi tahunan yang diperkirakan terus menurun," terangnya.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,45% ke 6.880 Sepekan, Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta memberikan catatan. Dia mengingatkan bahwa secara global ada penurunan ekspektasi dari pelaku pasar terhadap kinerja emiten.
Pelaku pasar akan mencermati akhir windfall profit effect dari commodity boom prices. "Penurunan ekspektasi tersebut juga disebabkan oleh sentimen kekhawatiran peningkatan probabilitas resesi," tandas Nafan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News