kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Prospek Saham Bank Kecil di Tengah Gencarnya Aksi Berburu Dana


Senin, 27 Desember 2021 / 06:45 WIB
Menakar Prospek Saham Bank Kecil di Tengah Gencarnya Aksi Berburu Dana


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perbankan gencar mencari pendanaan baru guna memperkuat permodalan pada tahun depan. Sejumlah emiten bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tercatat menggelar penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Salah satunya ada PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang berencana menggelar rights issue tahun depan untuk memenuhi ketentuan modal minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasalnya, OJK mewajibkan bank harus penuhi ketentuan modal minimum Rp 3 triliun di 2022.

Untuk penambahan modal menjadi Rp 3 triliun, BINA kembali menggelar rights issue dengan target dana Rp 1 triliun. Sehingga modal BINA sampai akhir tahun 2022 akan menjadi Rp 3,3 triliun. Sebelumnya, bank milik Salim Group ini berhasil menggelar rights issue dengan target dana Rp 1,18 triliun.

PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) juga akan menggelar rights issue tahun depan dan menargetkan tambahan modal Rp 2 triliun dari pemegang saham pengendali yakni Bank of India. Hingga September 2021, modal inti bank ini baru mencapai Rp 1,04 triliun.

Untuk memenuhi modal inti, bank milik India terbantu dengan adanya relaksasi dari OJK. Dengan begitu, pemenuhan modal inti bisa dilakukan secara dua tahap yakni Rp 1 triliun di akhir 2021 dan Rp 1 triliun di 2022.

Baca Juga: Fokus di KPR, BTN Siapkan SuperApp Bidang Perumahan

Dalam catatan Kontan, Manajemen BSWD berhadap kinerjanya membaik melalui suntikan dana tersebut. Maklum, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) bank, masing - masing turun 6,56% yoy dan 15,88% yoy pada September 2021 akibat pandemi Covid-19.
Nantinya, suntikan modal tersebut akan digunakan untuk memperkuat penyaluran kredit sebesar Rp 100 miliar. Dengan begitu, diproyeksikan penyaluran kredit bisa tumbuh 8% pada 2022 dan 10% pada 2023.

Selain itu, ada PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang lebih dulu menggelar rights issue. BBYB kembali menggelar rights issue dengan menerbitkan 1,92 miliar saham atau 20,45%. Dengan harga pelaksanaan Rp 1.300 per saham, maka Bank Neo Commerce akan mengantongi dana Rp 2,5 triliun.

Analis Binaartha Sekuritas Lingga Pratiwi menilai, right issue sejumlah emiten terbilang menarik oleh investor selama tujuannya bukan untuk pembayaran hutang, yakni untuk membantu struktur permodalan dan modal belanja.

Dengan menggelar rights issue, ia berharap dana segar hasil hajatan tersebut dapat memperkuat fundamental saham. Lingga memberi contoh PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC) yang melakukan rights issue untuk meningkatkan modal dasar bank.

“Kemudian BBYB untuk modal kerja pengembangan usaha BBYB, berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya. BINA rencana peningkatan modal inti hingga Rp 2 triliun pada akhir tahun 2021,” ujar Lingga pada Kontan, Minggu (26/12).

Lingga melihat prospek investasi saham emiten bank di tengah gencarnya aksi perburuan dana cukup bagus. Ia bilang, prospek bank digital di Indonesia memang cerah karena masih banyak masyarakat di Tanah Air yang belum tersentuh layanan keuangan formal, tetapi mereka memiliki akses internet dan ponsel pintar.

Baca Juga: Daftar 10 Rights Issue Jumbo Januari-September 2021, BBRI Masih Memimpin

Menurutnya, hal inilah yang membuat bank digital digemari baik oleh pelaku usaha maupun pelaku pasar. Ke depannya, ia mengatakan sentiment positif untuk saham-saham bank kecil datang dari upaya emiten perbankan kecil yang giat memperluas dan meningkatkan bisnis serta modal kerja.

“Ini diharapkan adanya kualitas perbankan kecil semakin baik ke depannya. Sementara sentiment negatifnya karena kenaikan yang sudah terlalu masif, disarankan untuk melihat valuasinya apakah masih undervalued atau overvalued,” paparnya.

Sementara itu, Lingga belum dapat memberikan rekomendasi saham-saham kecil yang menarik untuk dicermati. Yang jelas, ia menyarankan pada pelaku pasar untuk tetap mencermati laporan keuangan emiten, dari sisi labanya, biaya provisi, lalu dari asset seperti loan dan kredit macetnya sebelum mengoleksi saham-saham bank kecil tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×