Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal pekan ini, Rusia menolak memperpanjang perjanjian Black-Sea Grain Initiative atau Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam.
Kesepakatan tersebut berakhir pada 17 Juli 2023 lalu, sejak pertama kali diberlakukan pada 27 Juli 2022 dan bisa diperbarui secara bertahap.
Lewat perjanjian ini, Ukraina bisa mengekspor komoditas biji-bijian melintasi Laut Hitam pasca serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Pasalnya serangan tersebut telah membuat pengiriman jagung, gandum, jelai serta minyak bunga matahari Ukraina, diblokade pasukan Rusia.
Akibatnya harga pangan dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di Maret 2022.
Baca Juga: Perjanjian Black-Sea Grain Initiative Dihentikan, Bagaimana Efeknya ke INDF dan MYOR?
Nah, dengan keputusan Rusia menolak perpanjangan perjanjian Black Sea Grain Initiative, harga pangan dunia berpotensi kembali melambung tinggi, termasuk gandum.
Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Rut Yesika Simak menilai, keputusan Rusia tersebut bisa berdampak terhadap keamanan ekspor pangan Ukraina.
"Permintaan grain tetap tinggi. Tapi pasokan dapat berkurang karena ada ancaman dari Rusia yang dapat menghambat proses ekspor," kata Rut.
Junior Analyst Sucor Sekuritas Clara Nathania menambahkan bahwa pembelian gandum berkontribusi 20%-30% dari beban PT Indofood CBP Sukses Tbk (ICBP).
Jadi, fluktuasi harga gandum, dapat mempengaruhi profit emiten.
"Setiap kenaikan harga gandum sebesar 5% akan mengurangi estimasi pendapatan 2023 sampai 2024 sebesar 6%," ujar Clara.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Rusia Tangguhkan Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam
Kendati demikian, Clara mengatakan, grup Indofood melalui unit usahanya Bogasari telah mengamankan stok gandum selama 34 bulan.
Ini berpotensi diperpanjang selama enam bulan.
Dus, Clara menyematkan rekomendasi beli saham ICBP dengan target harga Rp 13.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News