Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi perkebunan kelapa sawit pada tahun 2024 ini masih dipengaruhi efek El Nino atau musim panas berkepanjangan yang terjadi pada 2023 lalu.
Fenomena ini dinilai dapat menurunkan produksi sawit, baik untuk tandan buah segar (TBS) maupun minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO).
Adapun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena La Nina atau hujan ekstrem akan terjadi di semester dua tahun ini.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, dampak El Nino tahun lalu menjadi faktor utama potensi penurunan produksi CPO di Malaysia dan di Indonesia di tahun ini.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Siapkan Capex hingga Rp 700 Miliar pada Tahun 2024
"Di mana memang dampak El Nino itu biasanya setahun setelah kejadian. Produksi CPO di Malaysia di Februari 2024 mencapai 1,3 juta ton atau menurun sebanyak 10% secara tahunan atau YoY," kata Felix kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).
Sementara untuk fenomena La Nina berpotensi memberikan dampak yang sama terhadap produksi CPO. Menurut Felix, strategi yang perlu diperhatikan yaitu terkait kondisi fasilitas operasional kebun sawit agar tidak terganggu dari La Nina di semester II-2024 mendatang.
"Namun, hal tersebut menjadi salah satu peluang bagi emiten CPO untuk mendongkrak level produksi di masa La Nina," tuturnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai El Nino bukan faktor utama yang menyebabkan penurunan harga CPO, melainkan karena adanya penurunan permintaan dari India, China, dan Eropa.
Baca Juga: Ada La Nina di Tahun 2024, Begini Proyeksi Produksi CPO dari Emiten
"Sementara kalau fenomena La Nina ini tergantung dari intensitasnya, jika tinggi dan menyebabkan banjir dan berdampak pada evakuasi panen TBS sehingga produksi CPO dapat terganggu dan menurunkan volume produksi," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).
Namun sebaliknya, jika intensitasnya di level sedang maka bisa berdampak pada kenaikan jumlah produksi dari Tandan Buah Segar (TBS).
Azis bilang, emiten CPO bisa menerapkan water management system melalui pengelolaan saluran air. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya curah hujan dengan intensitas tinggi yang dapat menyebabkan banjir.
Dengan begitu Azis merekomendasikan trading buy saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 960-Rp 970 per saham.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Pacu Produksi Sawiit
Sementara Felix merekomendasikan dua saham emiten CPO, yaitu hold pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 7.800 per saham dan hold pada saham PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Rp 950 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News