kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar Dampak Kenaikan Harga Energi Pada Kinerja Emiten Tahun 2022


Rabu, 29 Desember 2021 / 21:48 WIB
Menakar Dampak Kenaikan Harga Energi Pada Kinerja Emiten Tahun 2022
ILUSTRASI. Pialang memonitor layar perdagangan saham di Jakarta, Senin (6/9/2021). ?Menakar Dampak Kenaikan Harga Energi Pada Kinerja Emiten Tahun 2022


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

Terhadap pergerakan harga saham, sentimen kenaikan biaya energi juga tidak berpengaruh signifikan. Untuk saat ini, sentimen tersebut belum tercermin dalam pergerakan harga saham. Sepengamatan Anggaraksa, pelaku pasar lebih mencermati sentimen lain seperti window dressing, tapering The Fed, serta varian baru Omicron.

Sementara itu, emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tidak memungkiri, kenaikan biaya energi dapat berpengaruh terhadap bisnis perusahaan apabila benar terjadi. 

"Dampaknya bisa dua aspek yaitu kenaikan biaya produksi dan penurunan daya beli konsumen," jelas Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius kepada Konta.co.id, Rabu (29/12). 

Walau naiknya biaya energi berpotensi mengerek biaya produksi, KLBF sejauh ini masih berkomitmen tidak akan menaikkan harga jual dan lebih melakukan efisiensi internal. Salah satunya, menemukan solusi untuk meningkatkan efisiensi pada biaya produksi dan biaya operasional lainnya. 

Baca Juga: Apa Dampak BBM Beroktan Tinggi pada Kendaraan Lawas?

Berbeda, emiten logistik PT Putra Rajawali Kencana Tbk justru mendapat angin segar dengan adanya kenaikan biaya energi. Emiten berkode PURA itu mengaku, muncul potensi usaha baru yang karena ada kenaikan biaya energi. 

Direktur Utama PT Putra Rajawali Kencana Tbk Ariel Wibisono menjelaskan, saat ini industri-indutri cenderung beralih menggunakan gas, LNG maupun CNG, sebagai bahan bakar produksinya. Tidak lagi menggunakan listrik dan batubara. 

"Kami bahkan mendapatkan lima kontrak baru untuk mengangkut bahan bakar produksi mereka pengganti listrik dan batubara. Mereka menggunakan CNG," ungkap Ariel kepada Kontan.co.id, Rabu (29/12).

Ia menjelaskan, PURA menyediakan jasa pengangkutan untuk CNG yang berbentuk seperti tabung besar semacam kontainer itu. 

Peluang tersebut menjadi katalis positif tambahan bagi perusahaan. Apalagi secara operasional PURA menggunakan solar sehingga tidak terpengaruh dengan kenaikan biaya energi.

Di sisi lain, mayoritas bisnis klien yang dilayani PURA juga tidak terpengaruh kenaikan biaya energi. Asal tahu saja, PURA lebih fokus pada pengiriman barang mentah atau bahan baku yang bersifat pasti, seperti pupuk hingga hasil perkebunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×