kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,14   5,39   0.60%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar bisnis BHIT di tahun 2015


Senin, 13 April 2015 / 17:59 WIB
Menakar bisnis BHIT di tahun 2015
ILUSTRASI. WINGS Care, meluncurkan produk barunya yaitu, K Natural White Jeju Lemon dengan kampanye Bye Bye Bacne pada acara Kiyowo Foam Party di Hey Beach Gading Serpong (28/10).


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perusahaan induk MNC Grup, PT MNC Investama Tbk (BHIT) mencatatkan kinerja positif di tahun lalu. Konglomerasi bisnis milik Hary Tanoesoedibjo ini berhasil membukukan laba bersih Rp 194,4 miliar setelah di tahun sebelumnya mengalami kerugian Rp 343,6 miliar.

Tak hanya itu, BHIT juga mengalami kenaikan pendapatan 7,83% year on year (yoy) di 2014 menjadi Rp 12,43 triliun. Kepala Riset KDB Daewoo Securities Taye Shim mengatakan dalam risetnya pada 30 maret 2015, bisnis media masih menjadi penyumbang terbesar terhadap total pendapatan perusahaan.

Di sepanjang tahun lalu saja, ia mencatat bisnis media berkontribusi sebesar 91,7% dengan rincian 55,4% dari media berbasis iklan dan 26,3% dari media berbasis pelanggan. Kemudian, kontribusi bisnis terbesar selanjutnya adalah bisnis multi finance. Taye mencatat di tahun lalu bisnis tersebut berkontribusi sebesar 6,3%.

Sementara di tahun ini sendiri Taye memperkirakan torehan kinerja BHIT itu dapat berlanjut. Hal itu berdasarkan sektor konsumer yang diperkirakan masih akan bertumbuh didorong dengan pulihnya konsumsi masyarakat. sebab, sekitar 88% dari pendapatan perusahaan berasal dari konsumsi domestik. "Sehingga, kami menilai hal tersebut dapat mendorong pertumbuhan top line BHIT," tulis dia.

Hal yang sama juga diutarakan oleh David N Sutyanto, Analis First Asia Capital. Ia bilang, tak hanya dari keadaan ekonomi saja tapi dari aksi ekspansi yang dilakukan perusahaan pun juga berdampak positif. Belum lama ini, BHIT melakukan melakukan ekspansi di bisnis keuangan yang ditandai dengan terus memperbesar modal anak usahanya yang membawahi bisnis ini, PT MNC Kapital Tbk (BCAP).

Adapun BHIT membeli saham BCAP sebanyak 72,68 juta saham di harga Rp 1.800 per saham. Sehingga saat ini BHIT memiliki 2,99 juta saham atau setara dengan 74,7% dari seluruh saham beredar BCAP. Selain itu, dari sisi anak usahanya sendiri yang masih produktif semakin membuat perseroan prospektif di tahun ini.

Salah satunya yakni, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) yang tengah membangun 12 studio di Kebon Jeruk. Saat ini, empat studio sudah selesai dibangun dan delapan studio lagi diharapkan bisa beroperasi di tahun ini. Sementara di Kebon Sirih, perusahaan juga sedang membangun delapan studio yang ditargetkan rampung pada akhir tahun 2015.

Dengan total 20 studio yang tengah dibangun dan ditambah dengan 14 studi yang sudah ada. Itu artinya perusahaan akan mengoperasikan setidaknya 34 studio di tahun ini. Sekadar tahu saja, studio tersebut nantinya akan melayani produk televisi miliki MNC antara lain, RCTI, MNC TV, Global TV, Sindo TV, dan MNC Channels.

Sementara untuk bisnis keuangannya sendiri, para analis menilai masih memiliki prospek yang positif. Baik David maupun Taye mengatakan, hal itu lantaran perusahaan menyediakan rangkaian yang lengkap antaran produk dan jasa. Mulai dari asuransi jiwa, asuransi umum, manajemen aset, broker, investment banking hingga bank berlisensi pun MNC memilikinya lewat anak usaha, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP).

Kendati demikian, Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan BHIT memiliki tantangan tersendiri di tahun ini yakni dari depresiasi rupiah terhadap dollar AS. Jika keadaan rupiah yang melemah ini berlanjut hingga akhir tahun maka beban keuangan perusahaan berpeluang tertekan seperti halnya di tahun 2013 lalu.

Taye mencatat, BHIT mengalami kerugian hingga Rp 1,54 triliun di 2013. Jumlah kerugian itu tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya yakni Rp 217,8 miliar. Ia mencatat kenaikan yang signifikan itu didorong oleh pelemahan nilai tukar.

Memang hal itu lantaran BHIT termasuk perusahaan yang memiliki eksposure dollar AS yang cukup besar. "Aktivitas financing perusahaan banyak menggunakan dollar AS sehingga dapat membebani keuangan perusahaan," tambah David kepada KONTAN, Senin (13/4).

Dengan begitu para analis berharap keadaan rupiah dapat pulih sehingga buttom line perusahaan tak akan mengalami tekanan. "Mengingat pendapatan bisnis inti BHIT masih mampu menghasilkan nilai yang utuh, kami menyarankan investor untuk tetap fokus pada fundamental perusahaan," kata Taye.

Dengan begitu Taye memperkirakan pendapatan perusahaan di tahun ini akan mencapai Rp 16,29 triliun dengan kenaikan laba bersih hingga Rp 467 miliar.

Taye dan David pun merekomendasi buy saham BHIT dan masing-masing menargetkan harga di Rp 415 dan Rp 340. Sedangkan William merekomendasikan hold di harga Rp 325.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×