kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Arah Rupiah di Bawah Kepemimpinan Prabowo–Gibran


Senin, 19 Februari 2024 / 20:22 WIB
Menakar Arah Rupiah di Bawah Kepemimpinan Prabowo–Gibran
ILUSTRASI. Kemenangan bagi paslon 02 diprediksi dapat menguatkan posisi nilai tukar rupiah.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kemenangan versi hitung cepat (quick count) bagi Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2, Prabowo-Gibran, memberikan gambaran yang lebih jelas untuk prospek rupiah. Dengan visi keberlanjutan, kemenangan bagi paslon 02 diprediksi dapat menguatkan posisi nilai tukar rupiah.

Research And Development PT Handal Semesta Berjangka Alwy Assegaf mengatakan, kemenangan Prabowo-Gibran versi hitung cepat telah menghindarkan rupiah dari volatilitas jangka pendek. Hal itu karena pemilihan umum berpotensi hanya dilakukan dalam satu putaran saja, sehingga mengakhiri sentimen ketidakpastian di pasar.

Alwi melihat pergerakan rupiah ke depannya semestinya cukup positif seiring tema keberlanjutan yang diusung oleh Prabowo dan Gibran. Dengan demikian, keraguan pasar dapat segera terjawab karena selama ini terus menimbang arah kebijakan pemerintah yang baru bakal seperti apa.

Dia menyoroti, beberapa program seperti hilirisasi yang sering digaungkan paslon 02 semestinya bisa menambah dorongan positif untuk nilai tambah produk ekspor Indonesia. Pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) seiring produk ekspor bernilai tambah yang berpotensi memiliki harga jual tinggi.

Baca Juga: Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah Tipis, Intip Proyeksi di Perdagangan Selasa (20/2)

Selain itu, program hilirisasi akan meningkatkan penerimaan devisa terutama dari hasil ekspor.  Dampaknya dinilai positif bagi Cadangan Devisa (Cadev) negara dan juga stabilitas nilai tukar Rupiah.

“Ke depannya rupiah seharusnya cukup positif karena selama ini kan paslon 02 mengusung jargon keberlanjutan,” imbuh Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (19/2).

Namun, Alwi mengingatkan bahwa pergerakan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal seperti perkembangan terbaru kebijakan dalam negeri di bawah pemimpin baru. Faktor eksternal juga perlu diperhitungkan seperti kondisi suku bunga tinggi yang masih meliputi pasar.

Seperti diketahui, The Fed kemungkinan masih mempertahankan suku bunga tinggi yang diekspektasikan baru turun mulai bulan Juni 2024. Itu tidak terlepas dari data inflasi AS, baik dari sisi konsumen ataupun inflasi produsen yang tetap mengindikasikan suku bunga tidak bakal turun dalam waktu dekat.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,15% ke Rp 15.630 Per Dolar AS Pada Senin (19/2)

Di samping itu, perkembangan terkini menunjukkan bahwa terdapat 2 negara besar yang masuk jurang resesi seperti Inggris dan Jepang. Sehingga faktor ini masih membayangi kondisi risk off yang terjadi di pasar.

“Suku bunga tinggi berpotensi mendorong outflow karena biasanya gap suku bunga emerging markets dan negara maju bakal membuat investor lebih memilih imbal hasi dari negara maju seperti Amerika,” jelasnya.

Terlepas dari itu, Alwi memproyeksi rupiah bakal menguat ke depannya saat di bawah pemerintahan baru karena melihat kecenderungan The Fed bakal memangkas suku bunga di tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Pemangkasan suku bunga seiring inflasi yang melandai akan mendorong kembali aliran dana masuk (inflow) ke emerging markets seperti Indonesia.

Dari dalam negeri, selama pemilu tetap berlangsung kondusif dan paslon Prabowo-Gibran dapat menunaikan janji-janjinya maka kepercayaan publik diperkirakan akan terus meningkat. Sehingga ini akan menjadi daya dorong bagi stabilitas nasional yang tentunya juga berdampak positif bagi rupiah.

Baca Juga: Efek Resesi Global Membayangi Tim Ekonomi Prabowo-Gibran

Menurut Alwi, area Rp 16.000 masih akan menjadi resistance kuat bagi rupiah dan kecenderungannya mengarah ke support Rp 14.150, setidaknya dalam setahun ke depan. Faktor utama yakni berasal dari arah suku bunga The Fed yang akan memangkas suku bunga dilanjutkan pemotongan bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Sementara itu, dia mencermati rupiah kemungkinan bakal sideways alias datar di sisa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Mata uang garuda diperkirakan masih akan bergerak datar seperti beberapa bulan terakhir, yang akan berada di area Rp 15.360 – Rp 16.000.

Alwi menyebut, faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga dan menanti hasil resmi pilpres 2024. Terdekat potensi kenaikan inflasi saat masa puasa dan Lebaran diperkirakan hanya sentimen yang bersifat sementara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×