kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memperluas pasar para seniman, NFT di Indonesia punya prospek cerah


Minggu, 10 Oktober 2021 / 14:23 WIB
Memperluas pasar para seniman, NFT di Indonesia punya prospek cerah
ILUSTRASI. NFT (Non-fungible token). (Photo by Pavlo Gonchar/SOPA Images)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat dan hype yang terjadi di pasar non-fungible token (NFT) terus berkembang dan makin tinggi. Hal ini tercermin dari volume penjualan NFT yang mencapai US$ 10,7 miliar pada kuartal III-2021. 

Mengutip Reuters, angka tersebut bahkan sudah naik hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Adapun, pada kuartal II-2021, volume penjualan NFT sebesar US$ 1,3 miliar.

CEO Digital Exchange Duwi Sudarto mengungkapkan, di Indonesia secara umum tren minat terhadap NFT juga tumbuh pesat pada tahun ini. Walaupun dari segi volume penjualan belum sesignifikan seperti laporan di atas. Menurutnya, perkembangan NFT di Indonesia saat ini menjadi kabar baik bagi para seniman. 

“Hadirnya NFT seakan menjadi angin segar untuk para seniman, content creator, gamers, dll. Pasalnya NFT yang mengandalkan token ERC-721 ini mengurangi peran pihak ketiga, sehingga seniman dapat memiliki royaltinya dan tanpa takut hasil karya seninya ditiru,” kata Duwi kepada Kontan.co.id, Sabtu (9/10).

Ia mencontohkan bagaimana karya lukisan NFT berjudul A PORTRAIT OF DENNY JA - 40 Years in the World of Ideas milik peneliti dan penulis Denny JA dijual melalui situs lelang OpenSea. Lukisan tersebut laku terjual dengan harga 27,5 WETH atau sekitar Rp 1 miliar. Duwi melihat, hal seperti ini menjadi salah satu opsi yang menarik bagi para kreator dalam memasarkan karyanya.

Baca Juga: Penjualan NFT melonjak menjadi US$ 10,7 miliar di kuartal III

Sementara terkait harga pasar NFT, Duwi mengaku memang cukup sulit menakarnya secara logis. Khusus untuk harga dalam kripto, faktor supply dan demand jelas jadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Namun, NFT sebagai karya seni punya nilai yang cenderung subjektif dan sulit diukur. 

“Kalau bicara seni kan terkadang masalah selera dan kesukaan, tak dipungkiri kadang untuk harga memang tidak logis. Tapi pada akhirnya kembali lagi ke keputusan masing-masing, karena kalau orang sudah senang terhadap sesuatu terkadang harga menjadi opsi kedua,” imbuhnya.

Secara umum, Duwi meyakini dunia NFT masih menyimpan potensi yang sangat besar karena masih belum tereksplorasi sepenuhnya. Apalagi, ketika para seniman mulai merambah NFT, dengan sendirinya akan mendorong ekosistem dan harganya. 

Hanya saja, Duwi mengingatkan, karena NFT berkaitan dengan kripto, masyarakat yang ingin berinvestasi harus mencermati aset kripto yang digunakan. Faktor use and case dari masing-masing token harus dilihat kegunaannya serta prospeknya. “Jangan lupa untuk melihat siapa yang membuat produknya, karena ini juga salah satu faktor penting dalam NFT,” tutup Duwi.

Selanjutnya: Melalui NFT, Litedex.io siap bantu karya seniman lokal go international

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×