kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Melongok Racikan Investasi ala Henry Mixson, Country Manager Igloo


Jumat, 05 Januari 2024 / 17:05 WIB
Melongok Racikan Investasi ala Henry Mixson, Country Manager Igloo
ILUSTRASI. Country Manager Indonesia Igloo Indonesia Henry Mixson./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/19/10/2023


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengetahuan akan dunia bisnis dan investasi sudah mulai diterima Henry Mixson, Country Manager Igloo, saat sejak di bangku kuliah. Hal itu yang membuatnya optimistis menapaki kariernya hingga saat ini.

Henry mengenyam bangku kuliah di London School of Economics and Political Science (LSE) di Inggris. Henry masuk LSE tahun 2005 dan lulus tahun 2008, lalu kembali ke Tanah Air di tahun yang sama.

Saat itu, Henry menjabat sebagai Export Operation di Wilmar. Lalu, sekitar tahun 2013, pria kelahiran tahun 1987 itu pun masuk ke industri konsultan keuangan.

“Saya kemudian bergabung dengan Tolaram Group yang saat itu memutuskan membentuk bisnis online lending di Indonesia,” ujarnya saat ditemui Kontan beberapa waktu lalu.

Tolaram Group lalu memutuskan untuk mengambil alih bank untuk dibawa melantai ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank yang dimaksud Henry adalah Bank Amar Indonesia.

Baca Juga: 5 Filosofi Keren Warren Buffett untuk Memulai Tahun 2024

Pada 2020, Henry pindah ke Aspire Financial dan diangkat sebagai Country Manager. Kemudian, pada November 2022, Henry resmi menjadi Country Manager Igloo.

“Sejak awal saya sudah melihat industri financial technology ini memang menarik. Tetapi, yang mengembangkan insurance technology (insurtech) masih kurang, jadi saya coba di sini,” paparnya.

Sejak awal kuliah di tahun 2005, Henry mengatakan sudah mendapat banyak pengetahuan terkait bisnis dan intrumens investasi. Namun, dia baru pertama kali mulai terjun berinvestasi langsung setelah sudah mendapatkan pendapatan pasif.

“Waktu saya sudah punya penghasilan dan sudah ada yang bisa disishkan, baru saat itu saya memutuskan untuk berinvestasi,” tuturnya.

Henry mengaku, pada saat mulai berinvestasi, dia masih mencoba-coba dan masih mencari-cari mana instrumen yang cocok baginya. Di awal mulai berkarier, Henry memilih berinvestasi emas.

“Memang sangat tradisional, karena mama saya dulu bilang untuk taruh di emas saja, karena harga emas pasti naik,” akunya.

Meskipun benar akan naik, tetapi saat itu Henry belum tahu bahwa imbal hasil yang menguntungkan saat berinvestasi di emas datang dalam jangka waktu yang cukup panjang.

“Tiap kali gajian saya kumpulkan emas. Namun, saat mau menikah dan beli rumah, baru terasa imbal baliknya tidak sebanding,” tuturnya.

Henry hanya bertahan berinvestasi di emas selama 2-3 tahun. Akhirnya, kepemilikannya pun dijual dan dia memutuskan membeli properti pada tahun 2013. Di tahun itu pula, Henry memutuskan masuk berinvestasi di saham.

Pertama kali berinvestasi di saham, Henry masih memilih membeli saham per emiten tiap hari. Caranya, Henry melihat kotak prediksi pergerakan IHSG di Harian Kontan di pagi hari.

“Kalau 10 analis melihat IHSG bakal naik hari ini, saya akan beli saham emiten penggerak IHSG. Saat itu, masih awam dan lebih memilih untuk trading. Padahal, waktu yang dipakai untuk trading tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan,” ungkapnya.

Akhirnya, Henry pun mulai kembali membaca buku dan berita lain agar bisa mencari cara berinvestasi yang lebih efektif. Henry juga mulai bergabung dengan forum-forum investor untuk saling berbagi pengalaman.

“Saat ini, saya berinvestasi untuk jangka panjang. Jadi, saya tidak lihat untung rugi di bulan ini atau bulan depan. Namun, saya lihat yang prospeknya bagus dalam 5 tahun-10 tahun mendatang,” paparnya.

Jika dibuat persentase porsinya, Henry menaruh 70% dana investasinya di instrumen saham dan 30% sisanya di properti.

“Saya tetap melihat kinerja saham per emiten. Tetapi, saya suka sektor perbankan,” ujarnya.

Instrumen lain yang dicoba oleh Henry adalah Kripto, tetapi porsinya sedikit dan bahkan di bawah 1%.

Baca Juga: Amankan Portofolio di Tahun Politik, Cermati Saran dan Rekomendasi Analis

Selain itu, Henry juga pernah mengalami rugi besar saat berinvestasi di salah satu emiten sektor tekstil. Emiten tersebut sebenarnnya cukup besar dan sempat masuk indeks LQ45.

Saat ini, kata Henry, sahamnya sudah suspensi. Sekitara ratusan juta rupiah milik Henry tertahan hingga saat ini.

“Sudah hampir dua tahun tertahan asetnya di sana dan sepertinya itu tinggal nunggu sahamnya delisting saja. Saya juga sudah tidak berharap banyak,” ungkapnya.

Sementara, keuntungan tertinggi dialami Henry dari kepemilikannya di saham AMAR. Katanya, keuntungannya hampir 300% sejak masuk berinvestasi di tahun 2020. Tapi, saat ini keuntungannya tinggal 100% saja.

Henry mengatakan, masa muda sebaiknya digunakan untuk mengambil risiko agar bisa mendapatkan imbal hasil yang baik di masa mendatang dan bisa digunakan dengan baik saat mendekati masa pensiun.

“Nanti, saat mau masuk masa pensiun, kita bisa memilih instrumen yang lebih aman. Emas tadi contohnya,” paparnya.

Selain itu, investor pemula juga harus mempelajari risiko tiap-tiap instrumen dan menyesuaikannya dengan profil masing-masing.

“Kemungkinan untuk rugi itu akan selalu ada. Tapi, usahakan saat ada dana darurat, kita tidak perlu sampai bongkar dana investasi,” katanya.

Hobi Olahraga

Di luar aktivitas pekerjaannya, Henry juga gemar berolahraga. Dulu, Henry suka olahraga sepakbola. Namun, semakin bertambah umur, semakin sulit mencari teman main bareng sepakbola.

Selain itu, performa tubuh juga semakin berkurang, terutama dari kesehatan alat geraknya. “Di umur segini sudah susah cari orang. Lalu, lutut juga sudah berkurang kualitasnya,” ungkapnya.

Akhirnya, Henry pun mulai beralih ke jenis olahraga lain. Pertama, Henry memilih untuk menekuni olahraga tenis. Dia biasanya main tenis bersama sang istri. Henry mengaku, sang istri sudah main tenis sejak lama. Sementara, dia mulai main tenis karena ikut sang istri.

“Saya tenis biasanya seminggu sekali saja di akhir pekan. Kami punya pelatih, jadi memang ini untuk olahraga saja,” tuturnya.

Kedua, Henry juga rutin olahraga di pusat kebugaran alias gym. Dia biasanya dua kali olahraga di gym dalam seminggu. “Biasanya di akhir pekan. Tapi, bisa juga saat akhir pekan,” ujarnya.

Gym tempat Henry biasa olahraga ada di satu gedung yang sama dengan gedung apartemennya. Jadi, usai pulang dari kantor, Henry biasa mampir ke gym terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Tak hanya olahraga langsung, Henry juga suka menonton pertandingan olahraga. Dia mengaku mengikuti pertandingan American Footbal alias NFL. Menurut Henry, American Football sangat menarik, karena permainan dan strateginya cukup unik.

“Kami ada komunitasnya dan kebetulan juga saya SMA di Texas,” ungkapnya.

Baca Juga: Pilihan Tabungan dan Deposito Valas dengan Bunga Kompetitif di Awal Tahun

Selain itu, Henry mengaku selalu rutin mengambil cuti sekali setiap 2-3 bulan untuk liburan bersama keluarga. Hal itu dilakukan Henry agar keluarganya bisa menghabiskan waktu tanpa menunggu waktu libur sekolah atau akhir tahun.

Destinasi liburan yang biasa dipilih Henry dan keluarga bergantung pada seberapa panjang waktu libur yang tersedia. Jika waktunya pendek, Henry dan keluarga biasanya memutuskan liburan di dalam negeri.

“Misalnya, ke Bali. Bisa juga ke luar negeri yang deket, seperti Singapura atau Malaysia,” tuturnya.

Jika waktunya panjang, Henry dan keluarga bisa memutuskan liburan ke luar negeri yang lumayan jauh. “Kalau seminggu, bisa ke Jepang atau Korea. Kalau lebih panjang lagi, kami ke Amerika Serikat,” paparnya.

Henry juga punya koleksi lego di rumahnya dan mengharuskan dirinya untuk rutin membaca buku. “Membaca itu sebuah keharusan, jadi saya tidak menjadikannya sebagai hobi. Manusia kalau tidak menambah ilmu, pasti ketinggalan,” akunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×