Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mengeyam pendidikan pada bidang ekonomi, tak serta merta mendorong CEO PT Finex Bisnis Solusi Futures Agung Wisnuaji tertarik terjun dalam dunia investasi. Pria asal Bandung ini mengaku, memang mengenal investasi saat berkuliah di Yogyakarta.
Pada saat itu, ia baru mengenal instrumen saham karena sejalan dengan jurusan yang diambilnya, yakni akuntansi. "Tapi saya justru baru berinvestasi setelah mulai bekerja," ceritanya kepada Kontan, Kamis (9/11).
Maklum, saat pertama terjun ke industri pada Oktober 2013 lalu, dirinya bekerja sebagai floor trader. Namun bukan pada saham, melainkan pada komoditas.
Sejak itulah, Agung mengakui menyukai dunia investasi. Ia juga semakin menyadari bahwa perlunya 'backup plan' untuk mendulang pemasukan.
Dari kesukaannya itu, ia mulai berinvestasi pada valuta asing (forex). Agung mencoba mempelajari semua instrumen investasi, meskipun tidak terlalu mendalam. Setelah itu, portofolionya berkembang ke saham, dan olein.
"Sampai sekarang, saham dan olein masih jalan. Forex tidak aktif karena pergerakannya sangat cepat, jadi kalau diteruskan, nanti yang lain tidak kepegang," ceritanya.
Baca Juga: Mengenal Single Stock Future Produk Derivatif Terbaru BEI
Portofolio saham dan olein yang terus dipertahankan, karena ia tidak melulu harus memantaunya lantaran fluktuasinya tidak terjadi setiap hari. "Olein juga tidak terlalu berfluktuasi, baru saat expired date ada transaksi," kata Agung.
Selama perjalanannya di dunia investasi, Agung menilai dirinya merupakan investor yang agresif. Ia mengaku lebih menyukai untuk trading dibandingkan investasi jangka menengah atau panjang.
Menurutnya, investasi jangka menengah atau panjang dinilai tidak terlalu memicu adrenalin. Itu sebabnya, portofolio investasi Agung hanya tersebar di dua instrumen yakni saham dan olein dengan komposisi sama rata di 50%.
Sebagai investor agresif, menurut Agung, faktor psikologis dan kedisiplinan menjadi faktor utama keberhasilnnya. "Sebab apapun capital management kalau secara psikologi tidak siap mental juga susah, dan perlu juga kedisiplinan dalam berinvestasi," katanya.
Agung mengisahkan, ia pernah bereksperimen terkait kedisiplinan investasai. Pada saat itu, ia mencoba sama sekali tidak melakukan analisa teknikal, hanya rutin membeli saja. Hasilnya, ia mendapatkan profit yang positif.
Lalu, sepekan setelahnya ia mencoba untuk melakukan analisa dengan teknik yang lebih canggih, tetapi hanya sekali membeli. Hasilnya justru tidak sebaik saat disiplin berinvestasi. "Jadi memang benar, kedisiplinan dalam berinvestasi juga sangat penting," katanya.
Sebagai investor yang agresif, mental psikologis juga perlu diperhatikan. Meskipun perjalanannya dalam berinvestasi cukup panjang, tetapi ia mengaku tetap ada mengalami kerugian.
Agung menuturkan, setelah belajar sekian lama dan sebarap banyak, tetapi masih ada kerugian yang dialaminya yang juga karena efek situasi pasar yang tidak bisa dikendalikan.
"Namun, itu semua worth it dengan apa yang saya pelajari," ucapnya.
Oleh sebab itu, setelah memiliki dasar-dasar tersebut, Agung menyarankan investor yang mencari cuan melaui investasi juga perlu mengetahui situasi pasar. Apalagi tiap instrumen investasi memiliki karakter yang berbeda-beda. Ia mencontohkan di saham, investor perlu mengetahui bagaimana cara menganalisa laporan keuangannya.
Selain itu, tentunya investor juga perlu serta harus mengetahui kondisi seperti perkembangan dari lokal maupun global. Misalnya, kebijakan pemerintah terhadap industri terkaitnya.
Kemudian jika di komoditas, itu berbeda lagi karakternya karena yang perlu dilihat komoditi. Sehingga, investor perlu melihat musim tanam seperti apa, lalu musim panen, permintaan pasar, kebijakan pajak ekspor impor pemerintah.
"Kalau seperti saya investasi di olein, itu juga beda lagi karena harus lihat juga pergerakan harga minyak WTI yang juga berkaitan dengan geopolitik, lalu pergerakan harga CPO-nya seperti apa, kebijakan Uni Eropa juga berlaku untuk diperhatikan. Beda lagi dengan emas, forex, atau pun instrumen investasi lainnya karena karakteristiknya berbeda-beda," imbuh Agung.
Baca Juga: Bappebti: Harga Acuan CPO Terbentuk di Semester I-2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News