CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Melirik Prospek Bank Mega (MEGA) di Tengah Pembagian Saham Bonus


Selasa, 01 Maret 2022 / 18:19 WIB
Melirik Prospek Bank Mega (MEGA) di Tengah Pembagian Saham Bonus
ILUSTRASI. Aktivitas nasabah di kantor cabang Bank Mega, Tangerang Selatan, Senin (24/2/2020).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

Dia mengingatkan agar investor memperhatikan rasio pembagian saham bonus. Misalnya pada September hingga Oktober 2021 lalu, SIDO memutuskan untuk memberikan 1 saham baru untuk setiap 131 saham lama, sehingga pembagian saham bonus memiliki rasio 131:1.

Selain itu, investor juga mesti memperhatikan tanggal cum dan ex date. Sebab, saham bonus akan diterima oleh investor dengan syarat tertentu, yakni hanya jika investor sudah mempunyai saham induknya pada tanggal cum date dan tidak menjual saham tersebut sampai tanggal ex date.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menambahkan bahwa bagi pelaku pasar, aksi pembagian saham bonus akan berpotensi meningkatkan likuiditas atau volume transaksi di bursa. Hal ini akan berdampak positif bagi saham-saham yang likuiditasnya minim, termasuk MEGA yang transaksinya rata-rata hanya ratusan lot per hari. 

Baca Juga: IHSG dan Kapitalisasi Bursa Sentuh Rekor Tertinggi pada Pekan Ini

"Makin besar likuiditas tentu semakin leluasa bagi investor dalam menentukan harga dan jumlah lot yang ingin ditransaksikan. Investor perlu memberikan perhatian utamanya pada kinerja dan prospek jangka panjang perusahaan. Untuk jangka pendek bisa dilihat pergerakan secara teknikal, strategi bisa disesuaikan dengan trend dan momentum," jelas Pandhu.

Secara fundamental, Pandhu menilai kinerja MEGA dalam beberapa tahun terakhir termasuk yang paling konsisten dan mampu mencetak pertumbuhan laba ketika melewati masa pandemi. Menurutnya, salah satu kunci sukses MEGA adalah penurunan rasio biaya operasional terharap pendapatan operasional (BOPO) yang terakhir mencapai 56% pada tahun lalu.

"Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasionalnya, jauh lebih efisien jika dibanding rata-rata BOPO industri perbankan sekitar 82%," sebut Pandhu.

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana juga melihat secara fundamental MEGA sudah pulih dan mencapai pendapatan yang lebih tinggi dari masa sebelum pandemi. Selain itu, konglomerasi bisnis dari Chairul Tanjung (CT) Group memiliki ekosistem yang bisa mendukung pertumbuhan MEGA.

Meski begitu, dari sisi likuiditas Wawan memandang MEGA bukan termasuk saham yang likuid. Lalu, valuasi secara price to book value (PBV) juga relatif sudah mahal. Wawan pun memproyeksikan target harga MEGA di akhir tahun ini berada di level 11.000.

Baca Juga: Tembus Rp 8.695,6 Triliun, Kapitalisasi Pasar Bursa Sentuh Rekor Tertinggi Pekan Ini

Adapun dari sisi pergerakan harga saham, pada hari pertama bulan Maret ini MEGA mengalami kenaikan 525 poin atau 5,21% ke level 10.600. Secara year to date saham MEGA sudah melesat 25,07%.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×