Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan diperkirakan akan memperlambat kinerja emiten sektor poultry di paruh kedua tahun ini.
Setelah harganya naik pada Juni dan awal Juli 2022, Analis Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus memperkirakan, harga ayam pedaging dan day old chicken (DOC) akan kembali turun dan berangsur normal menjelang Tahun Baru Islam.
Daniel bilang, penurunan permintaan saat bulan Muharam dan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 dapat menjadi sentimen negatif untuk sektor pakan ternak. Selain itu, kenaikan harga bahan baku masih menjadi sentimen negatif utama untuk sektor ini.
Secara terpisah, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery menuturkan, konsumsi ayam pada kuartal III umumnya memang lebih rendah dibandingkan kuartal-kuartal lainnya. Hal ini dapat terlihat dari pola 3 tahun terakhir, harga broiler dan DOC biasanya relatif lebih lemah, utamanya konsumsi ayam di bulan Muharam yang melemah.
"Namun prospek harga di tahun ini lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karna ada faktor tingginya harga pokok produksi yang disebabkan harga jagung dan soybean meal yang lebih tinggi di tahun ini, sehingga berpotensi menghambat laju produksi atau oversupply di kuartal III," kata Michael.
Baca Juga: Kementan: Indonesia akan Ekspor Ayam ke Singapura Secepatnya
Oleh karena itu, Michael melihat, penurunan harga tidak akan sedalam penurunan di periode sama di tahun lalu. Ia masih cukup optimistis untuk skenario harga broiler terendah ada disekitar Rp 18.000- Rp 19.000 per kg.
Kemudian, sudah tidak diberlakukannya culling parent stock (PS) sehingga membuat harga DOC dan broiler akan cukup rentan juga menjadi tantangan emiten poultry.
Tantangan lain untuk sektor poultry ada kenaikan harga baku yang tinggi sehingga mempersempit potensi margin para pemain poultry di tahun ini. Selanjutnya ada pelemahan rupiah yang dapat memperberat biaya impor khususnya soybean meal.
Sebaliknya, sentimen positif ada integrator besar seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang sudah memulai melakukan penjualan ekspor ke Singapura.
Meskipun nilainya masih relatif sangat kecil terhadap perkiraan nilai penjualan konsolidasi tahun ini, namun Michael menilai, penjualan di tahun-tahun berikutnya masih berpotensi bertumbuh seiring terjalinnya kerjasama G to G anatara indonesia dan Singapura, serta pertumbuhan konsumsi ayam di Singapura.
"Pertumbuhan ekspor dalam jangka panjang juga dapat mengurangi potensi oversupply," tambah Michael.
Michael Filbery menjagokan JPFA dari sektor poultry dengan target harga di level Rp 2.000 per saham. Berdasarkan valuasi, Michael melihat JPFA masih memberikan potential upside yang lebih tinggi.
Sementara itu, Daniel memilih saham-saham seperti JPFA, CPN, dan WMUU. Ia memberikan rekomendasi buy on weakness saham JPFA dengan target harga Rp 1.730, buy on weakness dengan target harga di Rp 6.800, buy on weakness saham WMUU dengan target harga Rp 166 per saham.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Analis untuk Saham-saham Sektor Poultry Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News