Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan kantong plastik untuk produk-produk konsumer masih cukup besar. Hal itu ditengarai bisa mendorong prospek kinerja produsen kantong plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID).
Perusahaan yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember lalu ini bakal lebih ekspansif mengembangkan produknya di tahun ini. Apalagi, PBID telah mengantongi dana segar Rp 318,75 miliar dari initial public offering (IPO).
Tan Hendra, Direktur PBID, mengatakan, 70% dana IPO akan digunakan untuk belanja modal (capex). Lalu, 30% sisanya digunakan untuk modal kerja. Tahun ini, PBID menganggarkan capex sebesar Rp 100 miliar.
Salah satu ekspansi yang akan dilakukan yakni membangun satu pabrik baru dengan nilai investasi Rp 80 miliar. Rencananya, pabrik tersebut akan dibangun di Jawa Tengah. Saat ini, PBID masih melakukan proses pencarian lahan.
Tan mengatakan, pabrik tersebut diharapkan bisa mulai beroperasi pada 2019 mendatang. Selain produksi, pabrik ini juga akan berfungsi sebagai pusat distribusi dan pergudangan. Jika sudah beroperasi, pabrik ini bisa memproduksi 27.000 ton plastik per tahun.
Saat ini, PBID memiliki total tujuh pabrik yang tersebar di daerah Medan, Solo, Jabodetabek dan Cilegon. Kapasitas produksi pabrik-pabrik ini mencapai Rp 72.000 ton plastik per tahun. Sehingga, dengan pabrik baru, produksi plastik PBID akan meningkat menjadi 99.000 ton plastik per tahun.
Demi mengejar penjualan yang lebih besar, PBID juga akan menjalankan produksi yang bekerjasama dengan pihak ketiga. Sehingga, dalam setahun, PBID bisa menjual sekitar 100.000 ton plastik.
Bidik kawasan Timur
Saat ini, PBID menguasai 46,5% pangsa pasar plastik di wilayah Jabodetabek. Untuk memperluas bisnisnya, perusahaan ini bakal merambah wilayah Indonesia Timur. "Ini sejalan dengan arah pengembangan pemerintah yakni ke wilayah Indonesia timur," ujar Tan baru-baru ini.
Jika penjualan ke Indonesia timur makin besar, PBID membuka peluang untuk membangun pabrik baru di wilayah tersebut. Sejak 2015 lalu, perusahaan ini telah menjual plastik ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
PBID belum memiliki pabrik di Indonesia timur. "Kalau membangun distribution centre, kami bisa semakin dekat dengan pasar. Waktu pengiriman juga bisa lebih cepat," imbuh Tan.
Saat ini, PBID memproduksi plastik jenis polietilena, polipropilena, high density polyethylene (HDPE) dan heavy duty sacks. Di samping memproduksi kantong plastik, PBID juga menyediakan berbagai pelengkap kemasan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kertas nasi, dus kue, tali rafia, karet gelang dan sedotan. Pendapatan terbesar PBID disumbang oleh penjualan plastik polietilena.
Untuk menambah diversifikasi produk, PBID kini mulai memasarkan plastik yang diperuntukkan untuk penjualan e-commerce alias security bag. Plastik jenis ini punya kelebihan menjaga keamanan produk yang dibungkus.
Tan mengatakan, penjualan security bag bisa prospektif, seiring dengan perkembangan e-commerce. Saat ini, PBID sudah melakukan penjajakan pada beberapa perusahaan e-commerce dalam negeri.
Sebelumnya, PBID lebih dulu memasarkan security bag ke pasar luar negeri. Ini lantaran perkembangan e-commerce di luar negeri lebih cepat dibanding di Indonesia. Perusahaan ini mampu menjual sekitar 1.000 security bag per bulan.
Hingga semester I-2017, PBID mencatat pendapatan Rp 1,6 triliun, naik 1,32% year on year (yoy). Sementara itu, laba bersihnya tumbuh 24,4% yoy menjadi Rp 97 miliar.
Selain ekspansi, di tahun ini PBID juga akan rutin melakukan peremajaan mesin pabrik guna meningkatkan kapasitas produksi. Saat ini pabrik PBID lebih banyak dilakukan sistem padat karya.
Tan memprediksi pendapatan PBID sepanjang tahun ini bisa tumbuh sekitar 15% dibandingkan tahun 2017 lalu. Ia masih optimistis prospek bisnis industri kemasan plastik masih akan cerah.
Menurut dia, saat ini penggunaan plastik di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Sehingga, Tan menilai masih banyak ruang pertumbuhan bagi bisnis PBID. Apalagi, bisnis sektor makanan dan minuman serta bisnis travel makin meningkat.
Perkembangan konsumsi plastik akan mengikuti perkembangan sektor-sektor tersebut. "Bahkan, bisnis kantong plastik ini minim sentimen negatif, karena ekonomi Indonesia juga datangnya dari aktivitas perdagangan di pasar yang tentunya menggunakan plastik dalam transaksinya," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News