Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah ditutup di level Rp 14.223 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (8/10), melemah tipis 0,04% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir, rupiah di pasar spot masih menguat 0,59%.
Sementara di kurs referensi JISDOR Bank Indonesia (BI), Jumat (8/10), rupiah mampu menguat tipis 0,09% ke 14.225 per dolar AS. Selama sepekan, rupiah masih menguat 0,62%.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, secara keseluruhan dalam sepekan terakhir pelaku pasar memang tengah risk on seiring katalis positif yang datang dari eksternal maupun internal.
Baca Juga: Loyo, rupiah spot ditutup melemah 0,04% ke Rp 14.223 per dolar AS pada Jumat (8/10)
Dari eksternal, ia menyebut, keputusan pemerintah AS untuk meningkatkan batas utang menjadi US$ 480 sampai akhir tahun memberi kelegaan bagi para pelaku pasar. Selain itu, keputusan Rusia untuk ekspor gas alam ke Eropa juga mendukung sentimen risk-on.
“Di satu sisi, krisis energi di Eropa dan China telah membuat harga batubara melambung tinggi yang akan menjadi tambahan devisa. Ini jadi sentimen positif untuk rupiah,” kata David ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/10).
Selain itu, rilis data cadangan devisa Indonesia yang pada akhir September 2021 mencapai US$ 146,9 miliar turut menjadi katalis positif. Posisi tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Memecahkan rekor sebelumnya pada akhir Agustus 2021 sebesar US$ 144,8 miliar.
Untuk pekan depan, kata David, rilis data Non Farm Payroll (NFP) akan jadi salah satu sentimen penggerak rupiah. Selain itu, kelanjutan mengenai apakah batas utang AS hanya berlaku sampai Desember atau waktu yang lebih panjang juga akan jadi perhatian pasar.
David memperkirakan, untuk sepekan ke depan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.200 - Rp 14.300 per dolar AS
Selanjutnya: Rupiah Jisdor menguat 0,09% ke Rp 14.225 per dolar AS pada Jumat (8/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News