Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih landai sejak awal tahun 2020. Pada penutupan perdagangan Jumat (24/1), IHSG terkoreksi 0,08% ke level 6.244,11. Sementara itu, dari awal tahun ini IHSG sudah melorot 0,88%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, menurunnya kinerja IHSG ini masih terbilang wajar lantaran IHSG sudah menguat cukup tinggi pada Desember 2019 silam.
Baca Juga: IHSG ditutup terkoreksi 0,08%, saat pasar regional pulih di tengah wabah corona
Adanya aksi profit taking atau ambil untung oleh investor membuat IHSG berada di zona merah. “Meskipun terjadi profit taking, investor asing malah mencatatkan net buy,” ujarnya pada Kontan.co.id, Jumat (24/1).
Wawan bilang, penurunan IHSG tak hanya dipengaruhi oleh sentimen global, tapi ada beberapa sentimen dari dalam negeri yang turut mempengaruhi penurunan IHSG, salah satunya investor yang masih meninjau dampak dari berlakunya pernyataan standar akutansi keuangan (PSAK) baru.
Walau demikian, Wawan optimistis IHSG bakal kembali bertenaga seiring dengan rilis laporan keuangan emiten pada Maret dan April mendatang. Ia memperkirakan kinerja keuangan emiten masih tumbuh meski tak secermelang pertumbuhan pada 2018.
“Selain ada rilis laporan keuangan, juga ada pembagian dividen,” tambahnya.
Makanya, ia memperkirakan IHSG bisa menyentuh level 6.400-6.500 pada Maret atau April mendatang. Sementara itu, hingga tutup tahun nanti Wawan memproyeksi IHSG bisa menyentuh level 6.800.
Ia menilai, potensi penurunan suku bunga dan penguatan harga CPO juga akan menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG.
Dari global, meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta perhelatan pemilihan presiden Amerika Serikat pada November yang akan datang juga bakal mempengaruhi pergerakan IHSG.
Baca Juga: IHSG melemah tipis pada awal perdagangan Jumat (24/1)
Menurutnya, beberapa sektor saham yang menarik untuk dikoleksi saat ini yakni saham-saham dari sektor keuangan serta dari sektor pakan ternak.
“Emiten-emiten yang bahan bakunya masih banyak impor, dan juga emiten yang memiliki utang dalam dolar AS seperti ISAT,” ungkapnya
.
Ia merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham-saham seperti BBCA, BBRI, serta EXCL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News