Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mega restrukturisasi utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memasuki tenggat efektif, Selasa (12/12). Hampir 100% kreditur turut mengambil bagian dalam konversi utang ke sejumlah instrumen restrukturisasi itu.
"Hanya kreditur setara sekitar US$ 16 juta yang tidak melakukan konversi," ujar Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI di Jakarta, kemarin.
Usai konversi utang menjadi saham dan fasilitas kredit baru, susunan pemegang saham BUMI berubah. Dileep mengatakan, China Investment Corporation (CIC) akan menguasai sekitar 22,7% saham BUMI. Lalu, kreditur dan pemegang obligasi lainnya memiliki 26,3% saham BUMI. Sisanya merupakan saham publik. Walhasil, "Tidak perlu ada tender offer," tandas dia.
Total utang BUMI yang masuk dalam agenda restrukturisasi mencapai US$ 4,2 miliar. Artinya, hanya 0,3% kreditur yang tidak ikut agenda konversi. Utang yang tidak dikonversi nantinya akan masuk ke laporan laba rugi BUMI.
Dalam agenda bersih-bersih utang ini, BUMI menyediakan empat instrumen restrukturisasi. Pertama, fasilitas tranche A dan B masing-masing senilai US$ 600 juta. Kedua, fasilitas tranche C sebesar US$ 406,9 juta. Ketiga, saham baru BUMI sebesar US$ 1,63 miliar. Keempat, obligasi wajib konversi (OWK) senilai US$ 630,64 juta (lihat tabel).
Surat utang BUMI pun ditukar menjadi fasilitas utang baru. Menariknya, dalam fasilitas tranche A, BUMI memberi kupon sesuai dengan pergerakan harga komoditas batubara dengan batas atas kupon maksimal 7,5% per tahun.
Andrew C. Beckham, Direktur Keuangan BUMI, mengatakan, jika harga batubara BUMI berada diatas US$ 70 per ton, maka BUMI wajib membayar kupon setiap tahunnya sebesar 7,5% selama lima tahun.
Tapi, jika harga batubara anjlok hingga di bawah US$ 40 per ton, maka BUMI tidak perlu membayar kupon. Skema ini memberi nafas tambahan bagi BUMI jika harga batubara sedang tak menguntungkan.
Di sisi lain, BUMI bisa mempercepat pelunasan utang jika harga batubara terus berada dalam tren tertingginya. "Kalau harga bisa di atas US$ 90 per ton, kurang dari lima tahun BUMI akan lepas dari utang," jelas Dileep.
Usai restrukturisasi, utang senilai US$ 2,78 miliar akan hilang dari pencatatan laporan keuangan. BUMI juga mengurangi beban bunga hingga US$ 250 juta setiap tahun.
Okky Jonathan, Analis Erdhika Elit Sekuritas, menilai, pasar sudah kurang antusias merespons aksi korporasi BUMI. Sehingga, ia merekomendasikan netral saham BUMI dengan target harga Rp 280 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News