kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas Emiten Indeks LQ45 Membukukan Kenaikan Laba Bersih di 2021


Minggu, 03 April 2022 / 13:00 WIB
Mayoritas Emiten Indeks LQ45 Membukukan Kenaikan Laba Bersih di 2021
ILUSTRASI. Sekitar 33 emiten yang tergabung dalam konstituen Indeks LQ45 telah melaporkan kinerja keuangan tahun 2021. Mayoritas mencetak untung.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekitar 33 emiten yang tergabung dalam konstituen Indeks LQ45 telah melaporkan kinerja keuangan tahun  2021. Hasilnya, mayoritas membukukan kenaikan laba bersih.

Berdasarkan sektoral, emiten perbankan besar yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negra Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) kompak mencetak kenaikan laba bersih hingga dua digit.

BBNI misalnya, mencatat laba bersih sebesar Rp 10,89 triliun sepanjang tahun lalu. Angka ini melesat 232,2% secara tahunan atau year-on-year (yoy). BMRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 28,03 triliun, tumbuh 66,8% secara tahunan. Sedangkan BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun atau meningkat 15,8% secara tahunan.

Selain emiten perbankan, emiten di sektor tambang batubara juga membukukan kinerja ciamik sepanjang tahun lalu. Salah satu pendorong kinerja emiten tambang batubara adalah kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price atau ASP.

Baca Juga: LQ45 Naik 10% Sejak Awal Tahun, Ini Saham-Saham yang Paling Untung dan Buntung

Terkini, PT Harum Energy Tbk (HRUM) baru saja melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 25,6% sepanjang 2021 menjadi US$ 74,13 juta. Salah satu pendorong kenaikan kinerja HRUM adalah kenaikan harga jual rata-rata, dimana sepanjang 2021 HRUM mencatatkan ASP sebesar US$ 92,8 per ton atau naik 74,9% dari tahun sebelumnya.

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga berhasil mencatat kinerja mentereng di tahun lalu. ADRO membukukan pendapatan sebesar US$ 3,99 miliar atau naik 58% dari tahun 2020. Kenaikan ini terutama seiring naiknya harga jual rata-rata (ASP) sebesar 70% sejalan dengan tingginya harga batubara.

Dus, laba bersih ADRO pun terbang 535,34%, dari semula US$ 146,93 juta pada 2020 menjadi US$ 933,49 juta pada 2021.

Sejumlah emiten tambang batubara lainnya seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga membukukan kenaikan laba bersih hingga 231,47% secara tahunan menjadi Rp 7,90 triliun. Bahkan, laba bersih PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melejit hingga 1.104,9% menjadi US$ 475,57 juta di 2021. Padahal di tahun 2020, ITMG hanya mengempit laba bersih US$ 39,47 juta.

Kenaikan kinerja ITMG lagi-lagi didorong kenaikan harga jual rata-rata batubara. Sepanjang 2021, ITMG memperoleh rata-rata harga jual batubara sebesar US$ 103,2 per ton. Padahal sepanjang tahun 2020, ITMG hanya mencatatkan harga jual rata-rata sebesar US$ 53,5 per ton.

Tak hanya batubara, emiten tambang logam juga mencetak kinerja mentereng, salah satunya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Emiten pelat merah ini membukukan laba bersih sebesar Rp 1,86 triliun pada 2021, melonjak 61,96% dibandingkan dengan laba bersih di 2020 yang hanya Rp 1,15 triliun.

Namun, laba bersih PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menurun tipis 0,16% menjadi US$ 36,13 juta tahun lalu. Hanya saja, dari sisi topline, emiten tambang emas dan tembaga ini membukukan pendapatan usaha senilai US$ 380,95 juta atau naik 18,36% secara tahunan. Emiten produsen nikel dalam matte, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga berhasil mencetak laba bersih senilai US$ 167,20 juta di tahun 2021, melesat 112,5% secara tahunan.

Di satu sisi, sejumlah emiten di sektor barang konsumsi kinerjanya masih tertekan. Misalkan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang laba bersihnya menurun 18,9% menjadi sebesar Rp 5,75 triliun. Laba bersih duo emiten rokok penghuni LQ45 yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) juga kompak merosot sepanjang tahun lalu.

GGRM mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,6 triliun atau turun 26,7% sedangkan HMSP mencatat laba bersih Rp 7,13 triliun atau turun 16,89% secara year-on-year (yoy).

Namun, ada pula emiten barang konsumsi yang masih mampu membukukan kenaikan laba bersih. Dua diantaranya yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Baca Juga: LQ45 Melaju Lebih Kencang Daripada IHSG, Simak Rekomendasi Berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×