Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telah menetapkan harga penawaran initial public offering (IPO). Mayoritas harga yang ditetapkan berada di batas kiri, paling rendah atau mendekati level terendah kisaran awal harga IPO.
Emiten-emiten tersebut adalah PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN), PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI).
PRAY menetapkan harga di Rp 900 dari rentang harga book building Rp 900-Rp 950. Lalu KDTN menetapkan harga Rp 150 dari rentang harga book building Rp 140-Rp 160, MKTR menetapkan harga Rp 120 dari rentang harga book building Rp 100-Rp 150, dan BELI yang menetapkan harga di Rp 450 dari rentang harga book building Rp 410-Rp 460.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mencermati, harga di batas kiri tidak berarti sepi peminat. "Justru membuka peluang harganya menguat pada awal perdagangan," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (2/11).
Baca Juga: Emiten Grup Djarum, Blibli Pasang Harga IPO Rp 450 per Saham, Murah atau Mahal?
Di sisi lain, Wawan melihat bahwa kenaikan IHSG sejak awal tahun menandakan minat investasi masyarakat tetap tinggi. Apalagi aktivitas masyarakat telah dibuka sehingga memberi harapan pertumbuhan ekonomi.
Financial Expert Ajaib Sekuritas M. Julian Fadli menambahkan, harga penetapan tersebut juga terbilang wajar berada di posisi kiri. "Ini melihat saham-saham yang akan melaksanakan IPO lebih dari lima perusahaan dalam waktu berdekatan," kata dia.
Julian mencermati, berdasarkan pada price to sales ratio (P/S), harga PRAY dan MKTR menarik untuk diamati lantaran lebih murah dibandingkan industrinya. P/S PRAY berada di level 0,14 kali. Sementara rata-rata di industri yang sama ada pada level 3,7 kali. Serupa, P/S MKTR di level 0,58 kali dibandingkan rata-rata industri ada pada level 1,01 kali.
"Hal ini mengindikasikan harga emiten-emiten tersebut lebih murah dan menarik dicermati," ujar Julian.
Baca Juga: Harga Penawaran Saham IPO OMED Rp 204 per Saham, Valuasi Harga Sahamnya Atraktif
Lebih jauh, dari sisi kinerja keuangan PRAY pada kinerja tahunan 2021 memiliki laba bersih yang bertumbuh positif dengan pertumbuhan 15% secara tahunan. Sementara MKTR juga berhasil mencatatkan laba bersih setelah tahun sebelumnya membukukan rugi bersih.
"Kami menyarankan untuk investor atau trader yang ingin berinvestasi pada saham IPO, harus lebih jeli dan detail lagi dalam menganalisanya dan mencermati timing atau waktu yang tepat ketika entry dan/atau ketika exit," katanya.
Sementara untuk BELI, Julian berpandangan secara prospek memang positif. Terlebih, per 31 Desember 2021, menurut Frost & Sullivan, Blibli.com menduduki peringkat No 1 dalam kategori makanan segar dan consumer electronics dalam omnichannel B2C, dan peringkat No 2 dalam otomotif dan B2B, di antara pelaku e-commerce terkemuka di Indonesia.
Baca Juga: Ada 45 Calon Emiten yang dalam Proses IPO di BEI
Secara prospek BELI memiliki dukungan dari kekuatan grup yang besar sehingga berpotensi untuk memiliki prospek fundamental yang baik secara tren jangka panjang. BELI didukung oleh GDP Venture yang merupakan modal venture Grup Djarum.
Meski demikian, BELI masih mencatatkan kinerja yang negatif. Tercermin pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif yang masih membukukan rugi Rp 3,35 triliun, cenderung meningkat dari tahun sebelumnya dengan rugi Rp 2,41 triliun.
Wawan melanjutkan, apabila berkaca dari pendahulunya yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemungkinan akan ada volatilitas. Apalagi jika terjadi perubahan ekspektasi.
"Karena yang dijual BELI ini ekspektasi pertumbuhan, sementara dari profitabilitas belum bisa diharapkan dari bisnis intinya," pungkas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News