Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Selasa (22/8), mayoritas ditutup naik. Indeks saham utama di Asia Timur seperti Nikkei, Hang Seng, dan Shanghai Composite Index naik masing-masing 0,92%, 0,95%, dan 0,88%. Sementara di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 0,72% ke level 6.916,450.
Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menyebut, investor menunggu sinyal dan rencana dari keputusan suku bunga dalam acara pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, pekan ini.
Investor berharap para pejabat tinggi bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve untuk mengatakan bahwa bank Sentral sudah selesai menaikkan suku bunga yang sudah berada di level tertinggi dalam dua dekade. Namun, terbuka lebar kemungkinan bahwa para pejabat tinggi Federal Reserve justru mengatakan lonjakan inflasi belum sepenuhnya berada dalam kendali.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Jepang semuanya naik di tengah dorongan kenaikan suku bunga global. Yield surat utang Pemerintah Jepang naik menjadi 0,66%, tertinggi sejak 2014, memperbesar prospek bahwa bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) akan melakukan intervensi pasar dengan memborong surat utang Pemerintah Jepang dari pasar untuk memperlambat kenaikan yield.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.916, BMRI, BBRI, TLKM Paling Banyak Dibeli Asing
Investor sedang berusaha mengukur tingkat toleransi BOJ terhadap lonjakan yield setelah BOJ memperlebar rentang kisaran pergerakan yield pada tanggal 28 Juli lalu yang mengizinkan yield surat utang Pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik secara perlahan-lahan hingga 1%.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Indeks Sentimen Konsumen atau Consumer Sentiment Index (CSI) yang keluar melemah untuk pertama kalinya sejak Februari. CSI turun tipis ke level 103,1 di bulan Agustus 2023 dari level 103,2 pada bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang berada di level 101.9.
Dari dalam negeri, neraca berjalan (current account) mencatat defisit US$ 1,93 miliar atau 0,5% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal kedua 2023, berubah dari surplus US$ 3,85 miliar atau 0,9% dari PDB di kuartal kedua 2022. Ini adalah defisit neraca berjalan pertama sejak kuartal pertama 2021 seiring dengan anjloknya neraca perdagangan di tengah penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi global, dan permintaan domestik.
Selama semester I 2023, surplus neraca perdagangan menyusut menjadi US$ 1,05 miliar dari US$ 4,40 miliar di semester pertama 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News